Berdasarkan Penelitian Terbaru, Terus Belajar di Usia Tua Dapat Cegah Demensia

- 28 Agustus 2023, 13:00 WIB
Demensia pada dasarnya bukanlah suatu penyakit yang sebenarnya.
Demensia pada dasarnya bukanlah suatu penyakit yang sebenarnya. /Pixabay.com/Geralt

POTENSI BISNIS - Demensia pada dasarnya bukanlah suatu penyakit yang sebenarnya.

Keadaan ini terdiri dari serangkaian gejala yang mempengaruhi fungsi kognitif otak dalam hal ingatan, pemikiran, perilaku, dan bicara.

Namun, tidak perlu merasa khawatir. Sebuah penelitian terbaru yang dilaporkan oleh Study Find pada tanggal Sabtu, 26 Agustus 2023, telah menemukan bahwa orang dewasa lanjut usia yang mengambil kelas pembelajaran dapat mengurangi risiko terkena demensia.

Baca Juga: IKATAN CINTA 28 Agustus 2023, Mama Rosa Alami Hal Ini Saat Sambangi Rumah Sekar, Beruntung Marsha Gercep...

Para ilmuwan dari Institute of Development, Aging, and Cancer (IDAC) Tohoku University menjelaskan bahwa memilih untuk mengikuti kelas untuk memperoleh keterampilan baru, belajar bahasa, atau menekuni hobi baru pada usia paruh baya dapat menjadi bentuk perlindungan bagi otak.

"Di sini kami menunjukkan bahwa orang yang mengikuti kelas pembelajaran apapun memiliki risiko lebih rendah terkena demensia lima tahun kemudian," ungkap penulis studi, Dr Hikaru Takeuchi dikutip PotensiBisnis.com dari PMJ News.

"Pendidikan orang dewasa juga dikaitkan dengan pelestarian penalaran nonverbal yang lebih baik dengan bertambahnya usia," sambungnya.

Dalam kerjasama dengan Dr. Ryuta Kawashima, seorang profesor dan rekan penulis studi, Dr. Takeuchi menganalisis data yang sebelumnya terkumpul melalui UK Biobank.

Baca Juga: Wow, Fenomena Supermoon Biru bakal Muncul Akhir Agustus Ini, Jangan Sampai Terlewatkan!

Proyek penelitian yang sedang berlangsung ini telah mengumpulkan informasi genetik, kesehatan, dan medis dari sekitar setengah juta sukarelawan Inggris.

Peneliti ini mengkaji total 282.421 peserta dari Biobank khusus untuk studi ini. Mereka mulanya mendaftar antara tahun 2006 dan 2010 dengan usia 40 hingga 69 tahun pada saat pendaftaran. Peserta ini diikuti selama tujuh tahun rata-rata.

Berdasarkan genotipe masing-masing individu pada 133 single-locus polymorphisms (SNPs) yang relevan dalam DNA mereka, tim peneliti memberikan setiap peserta 'skor risiko poligenik' untuk memprediksi terjadinya demensia.

Selain itu, peserta diminta melaporkan apakah mereka pernah mengambil kelas pembelajaran tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai frekuensi, mata pelajaran, atau tingkat akademik.

Tim peneliti memusatkan perhatian pada data dari kunjungan pendaftaran awal peserta serta penilaian ketiga yang dilakukan antara tahun 2014 dan 2018.

Baca Juga: Ikatan Cinta: Elsa Kesal Tak Kunjung Disentuh oleh Devan, Putri Papa Surya Flashback Kenangannya Bersama Nino

Selama kunjungan ini, peserta menjalani rangkaian tes psikologis dan kognitif yang mencakup berbagai aspek, termasuk kecerdasan, memori visual-spatial, dan waktu reaksi. Secara keseluruhan, 1,1 persen dari peserta mengalami demensia.

Hasil dari studi menunjukkan bahwa peserta yang mengambil kelas pembelajaran pada saat pendaftaran memiliki risiko 19 persen lebih rendah terkena demensia dibandingkan dengan peserta lainnya.

Hasil ini juga berlaku secara konsisten tanpa memperdulikan latar belakang etnis. Bahkan lebih menarik lagi, hasilnya tetap serupa bahkan setelah mengontrol faktor-faktor seperti riwayat medis diabetes, hiperlipidemia, penyakit kardiovaskular, kanker, atau penyakit mental.

Dr. Takeuchi mengusulkan bahwa uji klinis acak dapat dilakukan dalam waktu dekat untuk lebih mengkonfirmasi efek perlindungan kognitif dari pendidikan orang dewasa.

"Ini bisa berbentuk uji coba terkontrol di mana satu kelompok peserta didorong untuk berpartisipasi dalam kelas pendidikan orang dewasa, sementara yang lain didorong untuk berpartisipasi dalam intervensi kontrol dengan interaksi sosial yang setara, tetapi tanpa pendidikan," jelasnya.***

Editor: Mutia Tresna Syabania


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah