Baca Juga: Dianggap Mistis, Ini Alasan Lantai 4 dan 5 Hotel Niagara Malang Ditutup
Adapun senyawa CBD lain, setelah diuji, ternyata hanya memiliki efek anti virus yang sangat terbatas atau bahkan tidak memiliki efek anti virus.
Lebih lanjut, metabolit 7-OH-CBD, bahan aktif dalam pengobatan epilepsi dengan menggunakan CBD, juga secara efektif menghambat replikasi SARS-CoV-2 dalam sel A549-ACE2.
Ketika para peneliti menyelidiki apakah CBD dapat mencegah pembelahan proteolitik oleh Mpro atau PLpro, mereka menemukan CBD tidak berpengaruh pada aktivitas protease.
Hal ini membuat tim berhipotesis bahwa CBD menargetkan proses sel inang.
Hasil pengobatan dengan CBD selama 24 jam pada sekuens RNA dari sel A549-ACE2 yang terinfeksi SARS-CoV-2 juga menunjukkan penekanan yang signifikan dari perubahan ekspresi gen yang diinduksi virus tersebut.
Jadi, para peneliti meyakini, CBD secara efektif menghilangkan ekspresi RNA virus, termasuk RNA yang mengkode lingkaran paku protein .
Selain itu, CBD secara efektif membalikkan induksi virus dari sitokin yang dapat memicu respons hiperinflamasi yang mematikan efek yang disebut sebagai badai sitokin selama tahap infeksi selanjutnya.
Secara garis besar hasil riset ini menunjukkan jumlah kejadian infeksi SARS-CoV-2 pada pasien yang mengonsumsi CBD ditemukan lebih rendah daripada mereka yang tidak mengonsumsinya.
Rincinya, kejadian SARS-CoV-2 hanya ditemukan sebanyak 1,2 persen di antara pasien yang diresepkan CBD, dibandingkan dengan 12,2 persen di antara pasien yang tidak memakai CBD.