"Pesaing memang banyak banget, cuma saya enggak mau kalah, saya berani bandingkan kualitas dan rasanya. Minuman jahe merah ini saya racik sendiri, sampai menemukan komposisi yang pas baru saya berani jual ke pasaran," kata Ivan, bapak dari tiga anak.
Kuasai pasar
Sebelum menjualnya di Bandung, dia mengaku justru lebih dulu menggempur pasar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Selain menjual kepada teman dan relasinya, minuman jahe merah juga dijual sendiri olehnya secara door to door kepada masyarakat umum.
"Saya datangi langsung ke rumah-rumah, saya minta orang-orang mencobanya. Setelah tertarik, dia membelinya, lalu menyebar dari mulut ke mulut, karena saya memang menyasar komunitas herbal terlebih dahulu," kata lulusan Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) tersebut.
Melihat respons pasar yang positif, Ivan pun menyeriusi bisnis minuman jahe merah tersebut.
Dia mengurus berbagai izin produksi dan edarnya, membangun pabrik dan kantor, sampai menyiapkan strategi pasar untuk berjualan secara daring maupun menitipkan ke toko atau apotek.
"Awalnya produksi di bekas kafe, masak di dapur, pengemasan di lantai 2. Akhirnya, ya sudah saya bikin pabrik di sekitar kafe. Izin siap, saya lalu bom pasar, sekarang pembelinya sudah sampai ke Bali. Saya sudah menawari ke distributor di Singapura, tapi masih belum direspons," katanya.
Dari mempekerjakan delapan pegawai saat mengembangkan bisnis kafe, Ivan kini merekrut tidak kurang dari 30 pegawai yang merupakan warga sekitar.
Produksi 1 kuintal