Mengenal Kopi Temanggung yang Harganya Tetap Stabil di saat Pandemi COVID-19

11 Oktober 2020, 10:54 WIB
ILUSTRASI: Biji Kopi /pexabay/No-longer-here/


POTENSIBISNIS - Masyarakat di Kabupaten Temanggung harus bersyukur dikaruniai bumi yang sangat subur.

Oleh karena itu mempunyai kewajiban memelihara dan mengolahnya dengan sebaik-baiknya agar hasilnya maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

Manajemen dalam budidaya, manajemen pengolahan hasil maupun manajemen pemasarannya menjadi sesuatu yang sangat penting di bidang pertanian.

Baca Juga: Weekend Begini Enaknya Bikin Tahu Goreng Sambal Petis Udang, Simak Cara Mudah Membuatnya

Oleh karena itu, katanya perlu mengedukasi petani agar dapat mengolah hasil pertanian secara lebih baik sehingga nantinya harga jualnya menjadi lebih tinggi.

Masalah di bidang pemasaran, menurut dia selama ini pemasaran lebih banyak mengandalkan tengkulak, perantara sehingga hasil yang diperoleh petani kurang maksimal.

"Kalau bicara produksi petani Temanggung sudah jago semua, masalah kita adalah di bidang pemasarannya yang sering kita masih terjebak pada tengkulak sehingga harganya kurang menguntungkan," kata Bupati Temanggung M. Al Khadziq seperti dikutip dari Antara.

Baca Juga: Kata Menlu China ke Luhut, Kerja Sama Menguntungkan dan Strategis, Singgung Vaksin dan Iptek

Oleh karena itu perlu koperasi dan peluang bagi BUMDes untuk mengembangkan pemasaran hasil-hasil pertanian yang lebih bagus.

Sesungguhnya menjadi tugas pemerintah untuk melakukan terobosan di bidang pemasaran, tetapi pemerintah tentu memiliki keterbatasan sehingga partisipasi dari masyarakat sangat ditunggu.

Petani warga Gemawang, Kabupaten Temanggung, Solihin menuturkan harga biji kopi tahun ini hampir sama dengan tahun lalu sekitar Rp 22.000 per kilogram.

"Alhamdulillah harga kopi cenderung stabil dibanding produk hasil pertanian lainnya yang turun di saat pandemi ini," katanya.

Menurut dia stabilnya harga kopi ini kemungkinan karena produktivitas tahun ini agak turun dibanding tahun lalu.

Ia menyebutkan dari lahan tanaman kopi miliknya seluas 0,5 hektare idealnya menghasilkan kopi gelondong basah 7-8 ton, namun masa panen tahun ini hanya menhasilkan sekitar 5 ton.

Solihin menuturkan penurunan hasil panen kopi ini karena cuaca kurang mendukung saat pembungaan tahun lalu, yaitu cuaca panas berkepanjangan tanpa ada hujan sehingga bunga banyak yang rontok.

Kepala Dinas Pertanian dan Katahanan Pangan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto menyebutkan luas tanaman kopi di kabupaten Temanggung sekitar 12.000 hektare, 9.000 di antaranya jenis robusta dan sisanya jenis arabika.

Menurut dia banyak tanaman kopi di Temanggung, khususnya jenis robusta banyak yang sudah tua, bahkan sebagian masih ada tanaman tinggalan zaman kolonial Belanda, maka perlu dilakukan penyambungan baru.

Penyambungan dilakukan dengan tetap mempertahankan batang bawah dan bagian atasnya dipotong kemudian diganti atau disambung dengan yang baru sehingga produktivitasnya bisa meningkat lagi.

"Tahun ini produktivitasnya turun, merupakan siklus dua tahunan, tahun ini memang siklusnya di bawah," katanya.

Ia menyampaikan pekerjaan rumah (PR) di Temanggung ini kebun kopi belum ada yang beririgasi.

"Tahun ini kami bersama provinsi membuat embung di Rejosari Kecamatan Wonoboyo di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan air laut. Harapannya bisa menjadi demplot, bagaimana kalau kopi itu tetap mendapat air saat kemarau, kalau itu memang ada hasilnya kita bisa kembangkan embung-embung mini di kawasan tanaman kopi," katanya.***

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler