Hikmah Idul Adha 2023: Kurikulum Pendidikan Anak Nabi Ibrahim AS kepada Nabi Ismail

28 Juni 2023, 15:45 WIB
Ilustrasi Idul Qurban Muhammadiyah 28 Juni 2023 - 10 Dzulhijjah 1444 H Cimahi. /unsplash/mufid majnun/

POTENSI BISNIS - Syakir Jamaluddin, Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyampaikan bahwa Hari Raya Idul Adha adalah saat yang tepat bagi umat Muslim untuk meneladani pendidikan yang seimbang yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS kepada putranya, Nabi Ismail AS.

"Dalam mendidik anak-anak dengan jiwa dan akal yang berkualitas, hanya orang tua yang memiliki jiwa dan akal yang tinggi pula yang mampu melakukannya," kata Syakir saat menjadi khatib Shalat Idul Adha di halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, pada hari Rabu dikutip PotensiBisnis.com dari Antara.

Baca Juga: Contoh Soal SKI Kelas 7 Beserta Kunci Jawaban Materi Dinasti Bani Umayah

Syakir menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah mampu mendidik Ismail dengan memberikan pendidikan yang baik dan seimbang.

Sebagai seorang ayah, kata Syakir, Nabi Ibrahim tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual, kreativitas, dan keterampilan Ismail, tetapi juga mengasah aspek emosional dan spiritualnya.

"Aspek spiritualitas ini melibatkan kekuatan iman dan kesabaran yang luar biasa dalam beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati," katanya.

Ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putranya, Syakir mengatakan bahwa Nabi Ismail tidak hanya mampu menerima perintah tersebut dengan kesabaran, tetapi bahkan membantu ayahnya yang bimbang untuk menjalankan ujian berat yang diberikan oleh Allah SWT.

Baca Juga: Ikatan Cinta: Mario Gigit Jari, Marsha Tolak Tawaran Bekerja di Perusahaanya, Aldebaran Tertawa Puas

"Ia meyakinkan ayahnya bahwa ia akan sabar dalam menghadapi keputusan Allah," ujar Syakir.

Syakir mengutip penelitian Daniel Goleman, seorang psikolog kontemporer, yang menyatakan bahwa keberhasilan pemimpin dunia dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang seimbang.

Menurutnya, hanya sekitar 6 hingga 20 persen keberhasilan pemimpin dunia yang dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, sedangkan sisanya banyak dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan spiritual mereka.

Namun demikian, Syakir menilai bahwa saat ini tidak banyak orang tua yang mampu mendidik anak-anak mereka secara seimbang.

Baca Juga: Usai Syekhnya Dilaporkan ke Polisi, Wali Santri Ponpes Al Zaytun Laporkan Balik Ken Setiawan

"Kita tidak boleh menyalahkan anak-anak kita jika mereka hanya cerdas secara intelektual, tetapi justru kecerdasan dan kecerdikan mereka lebih banyak digunakan untuk mengelabui orang tua mereka, seperti menjadi pintar dalam korupsi, berbohong, atau tidak merasa bersalah ketika melakukan perbuatan maksiat dan kejahatan," ujar dosen dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Baginya, salah satu pelajaran penting dari kisah Nabi Ibrahim adalah mengajarkan umat Muslim untuk selalu membuka jalur komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka.

"Meskipun Ibrahim sebagai seorang ayah memiliki kemampuan untuk memaksa perintah Allah kepada anaknya, terutama jika ia yakin bahwa perintah tersebut benar.

Namun, Ibrahim tetap memilih untuk berkomunikasi dengan anaknya, karena hal ini berkaitan dengan keselamatan nyawa sang anak," tambahnya.

Selain itu, Syakir menambahkan bahwa jika pemimpin diibaratkan sebagai orang tua, mereka juga perlu membuka jalur komunikasi yang baik dengan rakyatnya.

"Tidak peduli sebaik apa keinginan dan program yang dimiliki, jika tidak dikomunikasikan dengan baik, hasilnya mungkin tidak akan baik pula. Ini merupakan contoh pendidikan antara pemimpin sebagai orang tua dan rakyat yang dipimpin sebagai anak," kata Syakir.

Dengan demikian, PP Muhammadiyah melalui Syakir Jamaluddin mengajak umat Muslim untuk mengambil teladan dari Nabi Ibrahim dalam hal pendidikan yang seimbang. Selain mengembangkan kecerdasan intelektual, kita juga harus memberikan perhatian pada aspek emosional dan spiritual anak-anak kita.***

Editor: Rahman Agussalim

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler