Penjelasan lebih lanjut dari Fachri Radjab menyoroti peran lapisan inversi dalam memperburuk kualitas udara.
Lapisan inversi adalah fenomena di mana suhu udara di atmosfer tidak menurun seiring dengan ketinggian, melainkan bahkan cenderung naik.
Pada malam hari, lapisan inversi ini menjadi lebih tipis, yang pada gilirannya menyebabkan partikel-partikel polusi, termasuk PM 2,5, berkumpul dan terperangkap di dalam lapisan ini.
"Polutan ataupun partikel yang menyebabkan polusi itu kontributor kenapa cenderung tingginya di malam hari itu karena adanya yang kita sebut lapisan inversi, itu lapisan pembalik," kata dia.
Fachri menjelaskan bahwa partikel-partikel polusi tersebut terjebak dalam lapisan inversi, yang akhirnya mempengaruhi kualitas udara.
Baca Juga: 7 Manfaat Gula Aren bagi Kesehatan, Satu di Antaranya Mencegah Penyakit Kanker
Fenomena ini juga menyebabkan langit di Jakarta terlihat keruh karena partikel-partikel polusi terperangkap dalam lapisan inversi tersebut.
Penjelasan Fachri Radjab mengenai lapisan inversi sangat penting untuk memahami mengapa kualitas udara di Jakarta lebih buruk pada malam hari. Kontribusi dari polutan dan partikel polusi yang terperangkap dalam lapisan inversi memperburuk situasi ini. Terutama pada malam hari, ketika lapisan inversi semakin tipis, konsentrasi partikel polusi semakin tinggi, dan ini berdampak negatif pada kesehatan dan kenyamanan warga Jakarta.
"Kalau kita kenal suhu makin tinggi tempat makin dingin ya, tapi pada ketinggian tertentu dia akan tetap stabil suhunya, dia tidak turun, itu yang disebut lapisan inversi," terangnya.