Irma Hutabarat Bongkar Pertemuan Rahasia 3 Kapolda, Misi Penyelamatan Putri Candrawathi?

- 11 September 2022, 17:29 WIB
Irma Hutabarat dan adik Brigadir J, Reza Hutabarat.
Irma Hutabarat dan adik Brigadir J, Reza Hutabarat. /Instagram/@irmahutabaratofficial/

POTENSI BISNIS - Kasus Pembunuhan Berencana yang dilakukan oleh Eks Kadiv Propam Mabes Polri, Ferdy Sambo masih terus bergulir hingga kini.

Korban dari kebengisan jenderal bintang dua ini adalah anak buahnya sendiri, Brigadir Yosua atau Brigadir J.

Dalam perkembanganya, Irma Hutabarat yang merupakan aktivis perempuan yang kerap menyorot kasus Ferdy Sambo ini membeberkan hal yang mengejutkan.

Baca Juga: Kamarudin Simanjuntak 'Lenyap' dari Media, Refly Harun Bongkar Keberadaan Sang Pengacara

Irma Hutabarat mengungkapkan ada pertemuan tiga Kapolda yang diduga menyokong skenario Ferdy Sambo pasca Brigadir J tewas dibunuh.

Pertemuan itu kata Irma terjadi pada 29 Juli 2022 yang disebutnya dilaksanakan di Polda Metro Jaya.

Menurutnya, pertemuan tiga jenderal itu sangat rahasia.

Dalam pertemuan rahasia itu, diduga membahas adanya persekongkolan usai Brigadir J tewas.

Irma Hutabarat menduga sejak awal sudah ada rancangan jahat Ferdy Sambo CS dalam tewasnya Brigadir J.

"Pada waktu awal-awal itulah yang melibatkan, bukan hanya anak buahnya Ferdy Sambo, tetapi rekannya dari ketiga Kapolda itu," ucap Irma Hutabarat dari tayangan TVOnenews, baru-baru ini.

Baca Juga: Tes Psikologi: Pilih Hewan Paling Disukai, Ungkap Bagaimana Anda Bereaksi Ketika Dilanda Ketakutan

Menurut Irma Hutabarat, dugaan pertemuan tiga petinggi kepolisian itu terjadi pada tanggal 29 Juli 2022 di Polda Metro Jaya untuk memanggil LSM.

Pertemuan tersebut diduga untuk keadilan gender, agar memberikan assessment kepada Putri Candrawathi seolah-olah istri Ferdy Sambo itu depresi dan PTSD (post-traumatic stress disorder).

"Nah itu yang masih dibawa sampai sekarang, pada waktu itu, waktu diundang di sana itu kan bisa diteliti bisa ditelusuri, apa yang dilakukan oleh tiga Kapolda tersebut," terangnya sebagaimana ditayangkan sebelumnya di teras gorontalo “Pertemuan Rahasia 3 Kapolda Diungkap Irma Hutabarat, Strategi Selamatkan Putri Candrawathi Terungkap?

"Lalu, mengapa meminta yang mengundang lembaga-lembaga itu termasuk salah satunya itu adalah sukma yang psikologinya Sri Nurherwati itu yang memberikan assessment yang kemarin dibantah Reza Indragiri (Pakar psikologi forensik dan Pemerhati Kepolisian)," sambungnya.

Ia juga menyebutkan bahwa hal tersebut merupakan skenario dan rekayasa yang masih dimainkan oleh Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Baca Juga: Ikatan Cinta: Alih-Alih Bahagia, Makan Malam Berdarah Terjadi, Al Kejang-Kejang Santap Makanan Ini, Andin Syok

"Buktinya Putri tidak ditahan lalu skenarionya sama, rekayasa yang dari awal itu masih tetap dijalankan," jelasnya.

Aktivis Perempuan itu juga mengungkapkan bahwa tak ada yang bisa melihat secara utuh bagaimana besarnya peran dari para geng Ferdy Sambo.

Putri Candrawathi Ngotot Jadi Korban Pelecehan, Irma Hutabarat: PC Ngak Update Skenario! Atau Ngak ada Skenario lain?

Putri Candrawathi Ngotot Jadi Korban Pelecehan, Irma Hutabarat: PC Ngak Update Skenario! Atau Ngak ada Skenario lain?

Bukan hanya secara struktur yang berada dibawah Ferdy Sambo, namun juga dirinya menyebutkan bahwa yang satu level bahkan diatasnya pun ikut terlibat dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J itu.

"Jadi yang selama ini luput kita ini mencintai Kepolisian, maka kita wajib untuk membantu dan mengetahui tidak ada cara lain kecuali transparansi dan gak bisa sebagai retorika saja Putri," tuturnya.

Saat ini, dugaan keterlibatan tiga kapolda itu sudah sampai ke telinga tim khusus yang menanganai kasus tewasnya Brigadir J.

"Saya ingin mengingatkan, Kepolisian Republik Indonesia itu bukan hanya milik Polisi saja, tapi milik seluruh rakyat Indonesia," ujar Irma Hutabarat.

Berdasarkan curhat Bu Putri Candrawathi, peristiwa rudapaksa itu terjadi terjadi pada tanggal 7 Juli 2022.

“Tapi tidak detail, hanya menyampaikan bahwa ada perilaku tanda kutip ya kurang ajar dari Brigadir J tapi detailnya nanti diceritakan di Jakarta,” jelasnya.

Lantas, usai adanya peristiwa pemerkosaan tersebut, asisten rumah tangga (ART) Putri Candrawathi, Susi menemukan majikannya itu didepan kamar mandi.

Selanjutnya, ART Putri Candrawathi lainnya, Kuat Maruf membantunya kembali ke kamar pribadinya.

“Didalam rumah (di Magelang), selain almarhum Brigadir J, Kuat, S, dan Putri Candrawathi,” katanya.

Kemudian, Putri Candrawathi menghubungi Bharada Richard Eliezer atau Bharada E dan Bripka Richard Ricky Rizal alias Bripka RR agar segera kembali ke Magelang.

“Dalam perjalanan dari Magelang ke Jakarta, Ibu P memang tidak tahu yang mengatur perjalanan karena memang ia kemudian tidak mau ada di satu mobil dengan Brigadir J," ujarnya.

Sebelumnya diketahui, hasil pemeriksaan alat pendeteksi kebohongan atau lie detector terhadap Putri Candrawathi terkesan ditutup rapat.

Tanda tanya besar terkait hasil pemeriksaan istri Ferdy Sambo menggunakan lie detector menambah misteri dalam kasus Brigadir J.

Sebab, hingga kini hasil pemeriksaan lie detector terhadap Putri tidak diungkap ke publik.

Putri menjalani uji kebohongan pada Selasa 6 September lalu.

Dia diperiksa dengan menggunakan lie detector di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Tersangka pembunuhan Brigadir J itu tidak sendiri, asisten rumah tangganya (ART) yang bernama Susi juga ikut menjalani tes kebohongan.

Sebelum Putri, tiga tersangka lainnya juga telah menjalani uji kebohongan dengan lie detector.

Mereka adalah Bharada E atau Richard Eliezer, Bripka RR atau Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf atau Om Kuat.

Sementara, Ferdy Sambo baru diperiksa pada Kamis 9 September kemarin.

Hasil Lie Detector Bharada Eliezer, Bripka Ricky, dan Kuat Ma'ruf.

Polri pun kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan dengan lie detector tersebut.

Hasilnya, Bharada Richard Eliezer, Bripka RR alias Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf dinyatakan jujur dalam menjalani pemeriksaan.

"Barusan saya dapat hasil sementara uji poligraf terhadap RE, RR, dan KM, hasilnya 'no deception indicated' alias jujur," kata Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian dikutip dari PMJ News, Selasa 6 September 2022.

Alasan Hasil Lie Detector Putri Tak Diungkap

Namun, hasil pemeriksaan terhadap Putri dan Susi tidak disampaikan.

Sehari kemudian, Polri mengungkap bahwa hasil pemeriksaan dengan lie detector terhadap Putri dan Susi serupa.

Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai pernyataan tersebut.

"Untuk hasil lie detector atau poligraf yang sudah dilakukan kemarin terhadap saudari PC dan juga saudari S, sama," kata dia.

"Hasil polygraph setelah saya berkomunikasi dengan Puslabfor dan juga operator polygraph bahwa hasil polygraph atau lie detector itu adalah pro justitia," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo dikutip dari YouTube Uncle Wira, Rabu 7 September 2022

Dedi hanya menekankan, pemeriksaan dengan metode ini demi menjunjung pro justitia atau demi keadilan.

Lie detector yang digunakan pun dipastikan Dedi telah memiliki The International Organization for Standardization atau ISO dengan akurasi mencapai 93 persen.

"Itu juga konstruknya penyidik. Kenapa saya bisa sampaikan pro justitia? Setelah saya tanyakan tahunya ada persyaratan, sama dengan Ikatan Dokter Forensik Indonesia. Untuk poligraf itu juga ada ikatan secara universal di dunia, pusatnya di Amerika," tambahnya.

Lagi-lagi tidak ada penjelasan mengenai hasil pemeriksaan terhadap Putri. Dedi enggan membeberkan hasil lie detector Putri secara detail karena merupakan materi penyidik.

Karena itu, tidak dipublikasikannya hasil pemeriksaan lie detector terhadap Putri ini pun menimbulkan tanda tanya. Terlebih, hasil pemeriksaan dengan menggunakan lie detector terhadap tiga tersangka lainnya disampaikan ke publik.

Lantas, apa alasan Polri tidak mengungkap hasil lie detector Putri?

Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian enggan menjawab alasan kenapa hasil lie detector Putri tidak dibuka.

Andi Rian malah meminta awak media untuk menanyakan hal tersebut kepada Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo.

"Silakan tanyakan ke Kadiv Humas," ujar Andi Rian.

Andi Rian ditanya alasan mengapa hasil lie detector Putri tidak diungkap ke publik.

Andi Rian hanya menyampaikan bahwa nantinya semua fakta, termasuk hasil lie detector, akan disampaikan di pengadilan.

"Saya melihat justru analisis liar dari media dan pengamat yang tidak paham teknis pascapelaksanaan uji poligraf. Toh, juga semua fakta akan diungkap di pengadilan," tuturnya.

Jawaban senada juga disampaikan Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo.

Dedi malah menyebut hasil pemeriksaan lie detector Putri Susi tidak bisa diungkap karena bagian dari materi penyidikan.

Dia justru kembali melempar ke penyidik.

"Itu kewenangan penyidik, karena hasil poligraf pro justitia untuk kepentingan penyidik, silahkan tanyakan penyidik," kata Dedi. *** Jein Nenempa / teras gorontalo 

Editor: Rahman Agussalim

Sumber: Teras Gorontalo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah