Ancaman Potensi Gempa dan Tsunami Lebih 9 M Selatan Jawa, Ini Penjelasan LIPI

- 31 Januari 2021, 11:14 WIB
Ilustrasi Tsunami
Ilustrasi Tsunami /Eugen Buzuk/Pexels/

POTENSIBISNIS - Indonesia merupakan negara yang dikelilingi Cincin Api atau Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire) terbesar di dunia.

Dengan begitu, Indonesia dikenal menjadi suatu daerah yang sering mengalami gempa bumu, letusan gunung berapi, dan tsunami yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembag Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto mengutarakan, potensi gempa besar yang bisa terjadi di atas 9 magnitudo, serta berpotensi tsunami di Selatan Pulau Jawa.

Baca Juga: Deretan Film Drama Korea di Februari Ini: River Where The Moon Rises hingga Mouse

"Bukti tsunami di selatan Jawa, sekitar 400 tahun lalu yang kami temuka di sungai Cikembulan Pangandaran. Tsunami ini cukup besar karena buktinya mulai Banten di Lebak sana sampai dengan Bali," kata Eko dalam diskusi Sapa Media Virtual, 'Masyarakat Siapa Bencana 2021' pada Jumat, 29 Januari 2021.

"Dan itu, menjadi bukti di selatan Jawa ada ancaman gempa dengan skala di atas 9 m yang bisa memicu tsunami," sambungnya.

Eko juga mengatakan, bahwa saat ini selatan Jawa hanya menyiapkan simpul-simpul perekonomian saja tanpa menghitung potensi terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Baca Juga: Peringati Harlah NU ke-95, Jokowi: Perkuat Kehidupan Bangsa dengan Spirit Islam Nusantara

"Dan kita tahu sekarang pemerintah sudah menyiapkan selatan Jawa sebagai simpul-simpul perekonomian baru. Kemudian kita harus benar-benar memikirkan bagaimana ketika itu menjadi simpul perekonomian baru risiko tsunami-nya tetap dikendlikan, bisa tetap ditekan," ujarnya.

Dirinya pun mengatakan, mengkhawatirkan akan seperti tsunami Jepang 2011 yang terjadi kerugian ekonomi mencapai 2.500 triliun.

“Kalau tidak, nanti dikhawatirkan akan seperti tsunami Jepang 2011 dimana kerugian ekonominya sangat besar 2.500 triliun. Meskipun korban jiwanya tidak banyak jika dibandingkan Jepang pada tsunami Aceh tahun 2004 lalu,” sambung Eko.

Baca Juga: Link Streaming Drakor Mr. Queen Episode Terakhir Subtitle Indonesia

“Nah, ini yang harus kita pikirkan juga bahwa selama ini berdasarkan kawan-kawan bahwa pemerintah daerah lebih konsen kepada perekonomiannya tapi tidak terlalu konsen terhadap potensi-potensi tsunaminya di sepanjang selatan Jawa,” tambah Eko.

Selain itu, Eko mengatakan jika potensi gempa besar di selatan Jawa bisa terjadi akibat megathrust.

“Perlu diperhatikan juga yakni terkait dengan megathrust Jawa yang tentu saja bukan hanya memberikan menghasilkan risiko tsunami tapi dia juga berpotensi menghasilkan gempa,” kata Eko.

Kemudian, Eko juga menerangkan gempa yang merusak itu terjadi berulang dalam kurun waktu setiap 5,6 bulan sekali.

Hal itu melihat sejarah kejadian gempa bumi di Indonesia pada 1900-2012.

"Peristiwa gempa merusak di Indonesia itu terjadi rata-rata setiap 5,6 bulan sekali," kata Eko

Sementara perulangan tsunami di Indonesia setiap 1,3 tahun sekali berdasarkan catatan tertulis dari Parwanto dan Oyama (2014).

Catatan sejarah mengenai gempa dan tsunami pada masa lampau masih kurang di Indonesia.

Padahal catatan sejarah itu bisa untuk memperkirakan peristiwa berulangnya gempa atau tsunami di masa datang.

Eko menuturkan gempa dan tsunami berpotensi berulang sehingga perlu diwaspadai dan masyarakat diharapkan bisa memahami kondisi itu dan menjadi warga yang siaga bencana.

"Frekuensinya cukup tinggi maka kemudian keperluan kita untuk segera memberikan pemahaman dan edukasi ke masyarakat menjadi sangat mendesak," ujarnya.

Eko menuturkan gempa magnitudo 9 bisa berulang pada waktu ratusan tahun atau ribuan tahun mendatang.

Eko mengatakan, tsunami di Aceh pada 2004 bukanlah kejadian pertama karena pernah ada peristiwa tsunami besar yang terjadi pada beberapa ribu tahun yang lalu.

Hanya yang membedakan bahwa kejadian tsunami pada 2004 benar-benar menjadi bencana karena korbannya sangat banyak.

"Peristiwa tsunami masa lalu menjadi peringatan dini untuk peristiwa tsunami di masa datang," ujarnya.

Menurut Eko, tsunami masa lalu biasanya diketahui dari catatan tertulis dan atau cerita lisan.

Eko mengatakan, lebih dari 100 peristiwa tsunami terjadi dalam empat abad terakhir di Indonesia. Dalam 15 tahun terakhir rata-rata tsunami terjadi setiap dua tahun sekali.

Namun, di setiap tempat tsunami, biasanya berulang setiap beberapa puluh atau ratus tahun sekali.

Rentang waktu yang panjang antara dua peristiwa tsunami menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa pada peristiwa tsunami di Aceh (2004), Pangandaran (2006), Mentawai (2010), dan Palu (2018).

Eko menuturkan peristiwa tsunami Aceh seolah baru pertama terjadi, padahal tiga tsunami serupa pernah terjadi sebelumnya.

Sementara itu menurut penelitian yang dilakukan MacCaffrey (2008), masa perulangan gempa bumi magnitudo besar yakni megathrust Sunda sebelah barat Sumatera yakni 525 tahun.

Kemudian magnitudo 9,6 dari megathrust selatan Jawa Bali Nusa Tenggara adalah 675 tahun.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah