Tanggapi Soal ILC Pamit, Rizal Ramli: Kok yang Kuasa Takut Sama Model Begini Doang

- 16 Desember 2020, 15:15 WIB
Pengamat Ekonomi Rizal Ramli: Pemerintah Takut dengan Media yang Kritis, ILC di TV One Tamat
Pengamat Ekonomi Rizal Ramli: Pemerintah Takut dengan Media yang Kritis, ILC di TV One Tamat /Tangkapan layar ILC Tv One/

POTENSIBISNIS – Rizal Ramli ungkapkan keprihatinannya terkait berakhirnya penayangan program Indonesia Lawyers Club (ILC) di stasiun televisi TvOne.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara di program yang dipandu Karni Ilyas tersebut, pada Selasa, 15 Desember 2020.

Menurut Rizal Ramli, sebenarnya program ILC tersebut merupakan program yang biasa-biasa saja. Namun dari Program ILC tersebut, Rizal Ramli menilai, akan banyak hal yang bisa dipelajari.

Baca Juga: Fakta Mengejutkan, 363 Tenaga Medis Meninggal Akibat Covid-19 Sepanjang Tahun 2020

“Saya prihatin sekali bang Karni dengan apa yang terjadi dengan ILC, ILC ini sebetulnya biasa-biasa aja. Beberapa misalnya malah pernah debat yang asal ramai doang, tapi juga banyak yang kita bisa belajar,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rizal Ramli juga sempat mempertanyakan mengapa penguasa takut dengan program ILC tersebut. Ia pun sempat membandingkan dengan kritik-kritik yang terjadi di masa pemerintahan Gus Dur dan Habibie.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan masa Gus Dur dan Habibie, kritikan-kritikan hari ini tidak ada apa-apanya. Sebagaimana dilansir dari laman Pikiran-Rakyat.com pertanggal dalam artikel "Nyatakan Prihatin ILC Pamit, Rizal Ramli Singgung Era Gus Dur dan Habibie Kritik Lebih Kasar".

“Nah saya bingung, kok ini yang kuasa takut sama model begini doang. Harusnya biasa aja, kalau dibandingkan kritik, bullying, terhadap pemerintahan Habibie sama pemerintahan Gus Dur, hari ini gak ada apa-apanya,” imbuhnya.

Baca Juga: ILC Tutup, Fakta Ini Justru Terungkap, dari Mulai Hak Siar hingga Karni Ilyas Minta Maaf

Selanjutnya Rizal Ramli menambahkan, kritik yang diterima pada masa pemerintahan Gus Dur sangatlah kasar.

“Sama Gus Dur tuh kasar sekali, cacatnya, butanya, segala macam dipersoalkan. Habibie juga,” ucap Rizal Ramli.

Dia juga menjelaskan sikap yang diambil kedua pemimpin tersebut dalam menghadapi kritik yang mereka terima pada masa pemerintahan dulu.

“Tapi dua pemimpin itu memang demokratis, kalau Habibie cara solusinya dia gak pernah liat TV Indonesia, gak pernah baca koran Indonesia. Silakan you mau ngomong apa, iya kan,” kata Rizal Ramli.

“Kalau Gus Dur mah EGP, emang gue pikirin, kalau bagus kritiknya kita terima, tapi kalau enggak ya kita cuekin aja. Toh yang kuasa pemerintah,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Selain Jokowi, Ternyata Keluarga SBY Juga Menang Pilkada di Daerah Ini

Rizal Ramli mengungkapkan bahwa kebebasan untuk berpikir dan berpendapat tersebut, justru akan membuat demokrasi lebih bermanfaat.

“Jadi saya ngeliatnya sederhana bang Karni, ini menunjukkan yang kuasa semakin panik, semakin tidak percaya diri, semangat otoriternya semakin menggebu-gebu, takut sama bayangannya sendiri,” tuturnya.

Tetapi, Rizal Ramli mempelajari mengenai pola dan struktur dari bisnis media di Indonesia, yang saat ini bersifat oligopolistis, yakni terdapat beberapa grup televisi yang memiliki puluhan kanal.

Baca Juga: Reaksi Megawati saat PDIP Menang Besar di Pilkada Sulut, Hasto: Ini Bukti Pancasila dan Kebhinnekaan

“Secara ekonomis, struktur bisnis media kayak begini namanya oligopoli. kalau dia oligopoli, dia selalu serving people in power, selalu service kekuasaan. Tapi kalau strukturnya kompetitif, dia akan mendekatkan diri lebih banyak ke rakyat,” ujarnya.

“Nah pemilik-pemilik media ini dapat sesuatu in return, gampang lah dapat proyek, dapat akses terhadap kredit BUMN, dapet legal immunity. Ada pengusaha yang harusnya masuk penjara gak bayar pajak, tapi karena punya media kaga jadi masuk penjara,” kata Rizal Ramli menambahkan.*** (Eka Alisa Putri/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Abdul Mugni

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah