Janji Pemerintah tak Lagi Banjir Impor Setelah RCEP Diteken

10 November 2020, 21:40 WIB
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto /Twitter/@Kemendag/

POTENSIBISNIS - Pemerintah melalui Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto memastikan Indonesia tidak mengalami banjir impor.

Hal itu akan diwujudkan setelah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang ditandatangani 15 negara akan dilakukan pada pekan ketiga November 2020.

Dalam RCEP disepakati negara ASEAN untuk saling melindungi supaya ada keseimbangan dari impor khususnya trade balance.

Baca Juga: Acara Televisi TVOne ILC Malam Ini Mendadak Dibatalkan, Fadli Zon ke Bang Karni: Barusan Udah OTW

Menurut dia, ada 152 pos tarif terkait barang konsumsi atau essential goods yang disepakati dan dipastikan berdampak positif bagi perdagangan Indonesia.

RCEP akan ditandatangani sepuluh negara di ASEAN dan lima negara Asia Pasifik lain yakni China, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru.

"Ini akan memberikan sinyal positif bagi peningkatan perdagangan di ASEAN plus negara yang menandatangani RCEP itu," kata Agus Suparmanto dalam jumpa pers virtual usai ASEAN Summit 2020 di Jakarta pada Selasa, 10 November 2020.

Baca Juga: BLT UMKM Rp 2,4 Juta: Hanya dengan Punya E-KTP, Bisa Segera Terima Bantuan, Batas Akhir November

Meski begitu, Agus menambahkan setelah ditandatangani RCEP tidak akan langsung berlaku, namun melalui proses ratifikasi seluruh negara terlebih dulu.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam kesempatan yang sama mengatakan RCEP merupakan kemitraan perdagangan besar mewakili 29 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

"RCEP ini penting terutama dalam situasi tahun depan terkait pemulihan. Berbagai negara diprediksi tumbuh positif dengan penanganan pandemi COVID terutama dengan adanya vaksin, memunculkan optimisme," katanya.

Apabila dibandingkan Kemitraan Trans Pasifik (TPP), lanjut dia, nilai perdagangan dari RCEP diperkirakan mencapai 10,5 triliun dolar AS, sedangkan TPP mencapai 5,8 triliun dolar AS.

"Diharapkan tambahan ASEAN plus negara lain ini bisa membantu membuka akses pasar dan ini bisa memulihkan perekonomian regional," katanya.***

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler