Dampak Pandemi Covid-19 Kondisi Ekonomi Nasional Melemah Kecuali Sektor Pertanian

4 Agustus 2020, 19:34 WIB
Ilustrasi: tampak seorang petani mengangkut benih padi siap tanam/ /pixabay/sasint

POTENSI BISNIS - Pandemi Covid-19 yang memberi dampak pada ekonomi nasional melemah, justru sebaliknya pada sektor pertanian yang kian mengalami pertumbuhan positif.

Hal ini terlihat dari penerimaan petani atas harga gabah yang terus mengalami peningkatan.
Seperti dikatakan, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Kecuk Suhariyanto menjelaskan, selama bulan Juli 2020 harga gabah meningkat sebesar 1,44 persen.

Menurutnya, dengan pertumbuhan ini rata-rata harga gabah di tingkat petani mencapai Rp4.788 per-kilogram atau harga ditingkat penggilingan sebesar Rp4.883 per-kilogram.

Baca Juga: Dalam Kondisi Pandemi, Sinar Mas Agribusiness and Food tak Terhalang Pasok Sawit

"Sementara, harga gabah naik mencapai 1,32 persen jika dibandingkan dengan gabah kualitas yang sama pada sebelumnya. Meski penerimaan petani atas harga gabah meningkat tetapi harga beras di tingkat konsumen turun. Ini membuktikan bahwa petani menerima harga yang lebih baik," kata Suhariyanto pada Senin 3 Agustus 2020.

Dilansir Potensi-Bisnis.com dari WartaEkonomi, Suhariyanto mengatakan, jika dibandingkan dengan Juli 2019, rata-rata harga beras premium dan medium di penggilingan pada Juli 2020 naik sebesar 4,33 persen dan 1,14 persen.

Sementara itu, lanjutnya, untuk beras luar kualitas mengakami penurunan sebesar 0,13 persen.

"Hal ini menggambarkan bahwa beras yang kita miliki sangat melimpah di pasar," ujarnya.
Perlu diketahui, dari 1.629 transaksi penjualan gabah di 28 provinsi selama Juli 2020, sebanyak 60,28 persen di antaranya merupakan gabah kering panen (GKP).

Sementara, 20,81 lainya merupakan gabah kering giling. "18,91 sisanya adalah gabah luar kualitas," imbuhnya.

Suhariyanto berharap, capaian ini bisa terus dipertahankan supaya petani Indonesia mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi, dan pangan Indonesia tetap tersedia dengan baik.

Selain itu, dia menuturkan, Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Juli 2020 mengalami kenaikan yang cukup tajam. Bahkan, angkanya mencapai 100,09 atau naik 0,49 persen jika dibanding dengan NTP sebelumnya.

"Kenaikan terjadi lantaran Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,47 persen," ujarnya.

Kenaikan yang sama juga terlihat pada Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional yang mencapai 100,53 atau 0,28 persen. Angka ini jauh lebih besar jika dibanding NTUP pada bulan sebelumnya.

Dia mencontohkan, Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. NTP juga merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani.

Senada dengan itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, bahwa sektor pertanian tidak pernah mengenal pandemi dan krisis, termasuk pandemi Covid-19.

Menurutnya, pertanian terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan pangan jutaan masyarakat Indonesia.

"Dalam kondisi Covid-19 dan krisis apa saja, selama ini pertanian jadi jawaban. Makanya, ayo sama-sama kita galakkan pertanian. Tak perlu lahan besar. Di lahan keluarga atau di sekitar kita juga bisa," ajaknya.

Sementara itu, Ekonom sekaligus peneliti dari Institute for Development Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut, bahwa perekonomian Indonesia akan segera pulih dalam waktu yang tidak lama.

Menurutnya, dalam masa pemulihan ini ada 2 sektor kunci yang berperan signifikan. Salah satunya adalah sektor pertanian.

"Indonesia punya sumber daya pertanian yang melimpah. Karenanya, kunci untuk mendukung recovery adalah hilirisasi produk pertanian, inovasi, dan regenerasi petani muda," tandasnya.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler