Kata Eks Menkes Terawan Soal Vaksin Nusantara, Peneliti: Menjadi yang Pertama di Dunia

18 Februari 2021, 17:31 WIB
Mantan Menteri Kesehatan, Terawan kembangkan Vaksin Nusantara /Dok. Setkab

 

POTENSI BISNIS – Vaksin Nusantara adalah vaksin penangkal Covid-19, buatan Indonesia yang juga bekerja sama dengan pihak luar.

Vaksin ini sedang diteliti kembali oleh tim peneliti dari PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Menurut mantan Menteri Kesehatan Terawan Putranto, vaksin Nusantara bersifat "personalized".

Baca Juga: Waspada Surat Palsu Pengangkatan CPNS, Ternyata Ini Dokumen dan Syarat PNS 2021, Siapkan dari Sekarang!

Selain itu vaksin ini juga efektif untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga diatas 60 tahun, termasuk semua penyakit penyerta (komorbid).

Terawan berharap agar adanya percepatan dalam produksi vaksin, karena DPR pun sudah memberi dukungan.

"Dengan adanya dukungan dari Komisi IX DPR RI untuk memproduksi Vaksin Nusantara ini, maka mudah-mudahan ada percepatan,”katanya.

Dikutip dari ANTARA, menurut Terawan, vaksin nusantara ini pun harus memiliki sesuatu yang “luar biasa” agar tidak kalah saing dengan negara lain.

 “Karena untuk vaksin ini harus ada 'extraordinary' agar negara kita bisa sejajar dengan negara-negara produksi vaksin. Hanya saja platform kita berbeda," katanya.

Hal tersebut dia ungkapkan di sela mendampingi kunjungan kerja anggota Komisi IX DPR RI di RSUP dr. Kariadi Semarang, pada Selasa 16 Februari 2021.

Baca Juga: Kisah Ibu Dua Anak Asal Kota Surabaya yang Gadaikan KTP dan KK hanya untuk Bisa Makan

Namun dia kembali menegaskan bahwa Vaksin Nusantara bukanlah dibuat sebagai vaksin saingan bagi vaksin sebelumnya.

Dia mengungkapkan kerja sama dalam pembuatan Vaksin Nusantara ini sudah dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/2646/2020.

Isinya ialah tim Penelitian Uji Klinis Vaksin Sel Dendritik SARS CoV-2 pada tanggal 12 Oktober 2020.

Diketahui dari salah seorang peneliti Yetty Movieta Nency yang ditemui di RSUP dr. Kariadi Semarang pada Kamis 18 Februari 2021, mereka kini tengah melakukan serangkaian tahap uji klinis fase dua.

Sebelumnya fase pertama telah dilakukan pada Januari 2021 untuk mengetahui keamanan vaksin.

Baca Juga: KLHK: Kunci Penting dalam Meningkatkan Ketersediaan Bahan Baku Industri Daur Ulang

Ternyata hasilnya baik tanpa ada keluhan berat yang dirasakan oleh 27 sukarelawan vaksin.

Lalu, uji klinis fase dua ini dilakukan untuk menentukan efektivitas vaksin yang nantinya akan diujikan kepada 180 sukarelawan vaksin sebelum memasuki uji klinis fase tiga.

Hal ini dilakukan guna menentukan pengaturan dosis untuk 1.600 sukarelawan vaksin.

Salah satu metode vaksin yang sedang dikembangkan pihaknya saat ini adalah vaksin berbasis sel dendritik autolog yang merupakan komponen dari sel darah putih.

Dia mengatakan tujuan pemberian vaksin ialah untuk merangsang respon imun spesifik terhadap antigen spike dari SARS CoV-2.

Lalu, sel dendritik yang telah mengenali antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

Hal ini pun akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona.

Meski kini belum dapat dipastikan kapan Vaksin Nusantara siap diedarkan.

Namun dengan adanya pengembangan vaksin anti Covid-19 ini, menjadi langkah awal Indonesia agar bisa disejajarkan dengan negara lain terkait pengembangan vaksin Covid-19.

Bahkan menurut Yetty Movieta Nency, pengembangan vaksin Covid-19 dengan metode berbasis sel dendritik ini diklaim menjadi yang pertama di dunia.***

Editor: Rahman Agussalim

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler