POTENSI BISNIS - Stres adalah perasaan alami karena tidak mampu mengatasi tuntutan dan peristiwa tertentu.
Namun, stres bisa menjadi kondisi kronis jika seseorang tidak mengambil langkah untuk mengendalikannya.
Tuntutan ini dapat berasal dari pekerjaan, hubungan, tekanan keuangan, dan situasi lain.
Baca Juga: Janji Setia Boim pada Keluarga Aldebaran, Bongkar Markas Iqbal: Sinopsis Ikatan Cinta 8 Oktober 2021
Stres dapat menjadi motivator, dan bahkan sangat penting untuk kelangsungan hidup.
Ketika manusia menghadapi tantangan atau ancaman, mereka memiliki sebagian respon fisik.
Tubuh mengaktifkan sumber daya yang membantu orang bertahan dan menghadapi tantangan atau mendapatkan keselamatan secepat mungkin.
Baca Juga: Tes Psikologi: Tingkat Kecerdasan yang Anda Miliki Terungkap dari Gambar Ini
Hal tersebut dikutip PotensiBisnis.com dari laman Medical News Today, Jumat, 8 Oktober 2021.
Tubuh memproduksi jumlah yang lebih besar dari bahan kimia kortisol, epinefrin, dan norepinefrin.
Ini memicu reaksi fisik berikut, peningkatan tekanan darah, peningkatan kesiapan otot, berkeringat dan kewaspadaan.
Semua faktor ini meningkatkan kemampuan seseorang untuk merespons situasi yang berpotensi berbahaya atau menantang.
Norepinefrin dan epinefrin juga menyebabkan detak jantung lebih cepat.
Stres memperlambat beberapa fungsi tubuh normal, seperti yang dilakukan sistem pencernaan dan kekebalan tubuh.
Tubuh kemudian dapat memusatkan sumber dayanya pada pernapasan, aliran darah, kewaspadaan, dan persiapan otot untuk penggunaan mendadak.
Kondisi tubuh pastinya akan berubah selama reaksi stres terjadi, seperti:
Tekanan darah dan nadi meningkat, pernapasan mempercepat, sistem pencernaan melambat, aktivitas imun menurun otot menjadi lebih tegang, kantuk berkurang karena tingkat kewaspadaan yang tinggi.
Seseorang bereaksi terhadap situasi yang sulit akan menentukan efek stres pada kesehatan secara keseluruhan.
Beberapa orang dapat mengalami beberapa stresor berturut-turut atau sekaligus tanpa ini menyebabkan reaksi stres yang parah.
Orang lain mungkin memiliki respons yang lebih kuat terhadap satu stresor.***