Kopi Arabika Rejang Lebong Hasilkan 716 Kg per Hektare, Warga Masih Minim Bertani

- 30 November 2020, 08:23 WIB
Ilustrasi kopi. Kopi Arabika Rejang Lebong Hasilkan 716 Kg per Hektare, Warga Masih Minim Bertani
Ilustrasi kopi. Kopi Arabika Rejang Lebong Hasilkan 716 Kg per Hektare, Warga Masih Minim Bertani /PIXABAY/allokay

POTENSIBISNIS - Tanaman kopi arabika di Rejang Lebong bisa menghasilkan 716 kg per hekater. Dengan kondisi itu, warga sekitar dinilai masih minim dalam bertani.

Usaha perkebunan kopi yang ditekuni masyarakat di wilayah itu, terbanyak adalah budidaya kopi jenis robusta dengan luasan areal perkebunan rakyat mencapai 23.104 hektare.

Pejabat Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu menyebutkan, lima kecamatan di daerah itu saat ini menjadi lokasi pengembangan tanaman kopi jenis arabika.

Baca Juga: Golkar Suarakarta Siap 'Kirim' 27.000 Suara untuk Gibran Rakabuming

"Untuk pengembangan kopi jenis arabika di Kabupaten Rejang Lebong ini masih sedikit,"
kata Kepala Bidang Perkebunan Distankan Rejang Lebong, M Yusup saat dihubungi di Rejang Lebong, Minggu, 29 November 2020, seperti dikutip PotensiBisnis.com dari Antara.

"Baru ada lima kecamatan yang mengembangkannya yakni Kecamatan Curup Selatan, Selupu Rejang, Bermani Ulu, Sindang Kelingi dan Sindang Dataran," tambah dia.

Tanaman kopi arabika yang dikembangkan warga dalam lima kecamatan ini total luasannya sekitar 529 hektare dengan produksi rata-ratanya sebesar 716 kg per hektare.

Baca Juga: Kinerja Jokowi-Ma'ruf Bikin PKS Percaya Diri Capai Target Raih 15 Persen Suara pada 2024

Luasan kebun kopi arabika ini kata dia, masih kalah dengan kopi robusta yang ditanam warga dalam 15 kecamatan dengan total luas mencapai 23.104 hektare, di mana lokasi terkecil berada di Kecamatan Curup yang kini tersisa 1/4 hektare, dengan rata-rata produksi 769 kg per hektare.

Nilai jual lebih tinggi

Duta Kopi Rejang Lebong, Reni Susanti di tempat terpisah mengatakan, petani kopi di Rejang Lebong sebagian sudah tidak lagi menjual hasil kebunnya dalam bentuk bijian.

Mereka sudah melakoni pengolahan menjadi bubuk kopi sehingga nilai jualnya lebih tinggi.

Selain adanya pengolahan bubuk kopi kata Reni, kalangan petani di Rejang Lebong juga mulai mengubah pola petik dari kualitas asalan menjadi kopi petik merah.

Sehingga, proses tersebut membuat harga jualnya lebih tinggi dan bisa menembus pasaran nasional dan internasional.

"Saat ini panen kopi petik merah mulai banyak dilakukan petani kita karena harga jualnya untuk kualitas premium mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 per kg, sedangkan biji kopi kualitas asalan di bawah Rp20.000 per kg," jelas dia.

Dengan melakukan pola petik panen merah ini tambah dia, maka petani di daerah itu bisa menjual biji kopi dengan harga tinggi.

Tak hanya itu, warga pun bisa mengolahnya menjadi bubuk kopi premium dengan membuat merek dagang sendiri dan kemudian dipasarkan secara luas melalui media sosial.***

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x