IMF: Geliat Pasar Cryptocurrency di Negara Berkembang Ancam Stabilitas Keuangan

8 Oktober 2021, 16:23 WIB
IMF sebut kehadiran mata uang digital di pasar negara berkembang diprediksi dapat memicu "cryptoization" ekonomi lokal. /Pixabay

POTENSI BISNIS - Kehadiran mata uang digital di pasar negara berkembang diprediksi dapat memicu "cryptoization" ekonomi lokal. Hal ini dapat merusak kontrol pertukaran modal dan mengganggu stabilitas keuangan.

Mata uang kripto seperti Bitcoin dan rekannya melonjak dari segi harga dan popularitas pada tahun lalu. Kemudian, ekonomi pasar yang berkembang dan muncul mayoritas terjadi di belahan dunia ketiga alias negara berkembang seperti Vietnam, India dan Pakistan.

Hal itu diutarakan peneliti blokchain Amerika Serikat Chainaliysis, sebagaimana dikutip PotensiBisnis.com dari laman Reuters, Jumat, 8 Oktober 2021.

Baca Juga: Insentif Guru Madrasah Non PNS 2021 Masuk Tahap Aktivasi Rekening, Tunjangan Sebesar Rp250 Ribu per-Bulan

Secara teori, sistem Cryptocurrency memiliki keunggulan dibandingan sistem trasnsaksi perbankan konvensional. Keunggulannya terletak dari cara yang lebih murah dan lebih cepat untuk melakukan transaksi tanpa adanya sekat perbatasan.

Pegiat kripto pun menilai penggunaan token digital seperti stablecoin bisa membantu melindungi tabugan dari inflasi tinggi ataupun fluktuasi mata uang lokal.

Langkah cepat dilakukan El Savador dalam merespon perkembangan mata uang kripto ini. Negara itu tercatat menjadi negara pertama di dunia yang mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.

Pendukung mata uang kripto memberi tip percobaan untuk menurunkan biaya miliaran dolar AS dalam transaksi transfer uang yang dikirim ke Amerika Serikat.

IMF menyebut adanya kebijakan makroekonomi yang tidak sehat dan sistem pembayaran yang tidak efisien menjadi penyebab kebangkitan adopsi cryptocurrency di beberapa negara berkembang ini.

Baca Juga: Liga 1 2021: Tatap Seri Kedua, Persib Bandung Tak Pikirkan Lawan

Selain itu, IMF menilai adanya iming-iming keuntungan besar dalam jangka waktu pendek membuat investor sangat bersemangat untuk menyelami seluk beluk mata uang kripto.

Namun, IMF mengkau tingkat adopsi kripto yang tepat di negara berkembang memang sulit untuk diukur secara akurat.

Musababnya, beberapa faktor seperti kredibiltas bank sentral yang rendah dan sistem perbankan domestik yang masih lemah bisa memicu krisis moneter akibat "dolarisasi" pun berkontribusi terhadap pertumbuhan penggunaan mata uang kripto.

Baca Juga: Cek Peruntungan Shio Hari Ini 8 Oktober 2021: Shio Babi Hati-Hati ada Risiko Kecelakaan

Dolarisasi merupakan kondisi terpuruknya mata uang domestik akibat mengacu kepada mata uang asing--biasanya mata uang dolar AS. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya inflasi tingga atau ketidakstabilan mata uang domestik.

"Dolarisasi dapat menghambat implementasi efektif kebijakan moneter bank sentral dan menyebabkan risiko stabilitas keuangan melalui ketidaksesuaian mata uang di neraca bank, perusahaan, dan rumah tangga," ujarnya.

IMF pun mengatakan "Kriptiosasi"pun bisa menjadi ancaman nyata bagi kebijakan fiskal. Di antaranya dengan cara menggunakan aset digital sebagai sarana untuk menghindar dari kewajiban pajak.

 

Editor: Babah Pram

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler