Rencana Presiden Jokowi Impor 1 Ton Beras, Tangis Petani di Tengah Panen Raya

12 Maret 2021, 22:16 WIB
Ilustrasi petani. Tangis petani di tengah panen raya di saat rencana Presiden Jokowi impor 1 ton beras Suara tolak impor beras semakin kencang. /MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS/ANTARA FOTO

 

POTENSI BISNIS - Suara tolak impor beras terus digelorakan petani jelang panen raya yang tak lama lagi. Namun, fakta lain ada di tangan pemerintahan di bawah komando Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang malah mau membuka keran impor.

Situasi saat ini dengan adanya rencana impor beras, seperti menafikan kerja petani dengan anjloknya harga gabah.

Penumpukan stok beras di gudang-gudang Bulog tanpa dibarengi dengan manajemen tata kelola yang apik, justru akan menurunkan kualitas beras.

Baca Juga: Potensi Bisnis Tembaku Sumbang Ratusan Triliun, Pemerintah Masih 'Cuek' Soal Hukum

Baca Juga: Aplikasi Instagram Lite Diluncurkan, Pengguna Bisa Lebih Hemat Kuota

Kebijakan itu, menimbulkan pertanyaan kepada Kementan yang tidak mengotot melindungi produksi petani.

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas menegaskan, tidak ada alasan bagi pemerintah impor.

"Alasan (pemerintah) untuk menjaga stok, tapi itu tidak bisa dijadikan alasan," kata Dwi saat dihubungi wartawan, Kamis 11 Maret 2021.

Baca Juga: Info Bisnis Bank Indonesia, Cabai Rawit, Bawang Merah Penyumbang Utama Inflasi Maret 2021

Baca Juga: RAMALAN Zodiak Sabtu, 13 Maret 2021: Taurus Muncul Kesalahpahaman, Pisces Berusaha Kembalikan Perhatiannya

Dia memberikan data bahwa saat ini produksi beras dalam negeri dalam posisi aman.

Hal itu terlihat dari anomali harga gabah kering panen di tingkat petani di mana terjadi penurunan sejak Oktober 2020.

"Terus turunnya harga gabah kering di tingkat petani ini menandakan bahwa stok beras sangat memadai, karena biasanya sejak akhir tahun itu naik."

"Tapi ini kenapa mengalami penurunan, artinya stok beras nasional cukup," katanya.

Dikatakan Dwi Andreas, yang harus dilakukan oleh Bulog, harusnya meningkatkan daya serap dari petani dalam negeri. Bukan meminta tambahan stok beras dari luar negeri.

"Kalau untuk stok, kenapa tidak ambil dari petani. Bulog ini hanya menyerap 1,4 juta ton dari petani, padahal seharusnya bisa menyerap gabah dan beras sampai 2,5 juta ton."

"Kenapa hanya 1,4 juta ton?" tandas Kepala Biotech Center IPB University itu.***

 

Editor: Awang Dody Kardeli

Tags

Terkini

Terpopuler