Lasminingrat menggunakan kemampuan literasinya untuk mengadaptasi dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda.
Di bawah bimbingan ayahnya ia mulai mendidik anak-anak Indonesia pada tahun 1879.
Ia membacakan buku-buku adaptasi dengan keras, dan mengajar pendidikan moral dasar dan psikologi.
Karyanya menyekolahkan anak-anak pribumi Indonesia dan mengenalkan mereka pada budaya internasional.
Ia terus menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Sunda, termasuk Warnasari jilid 1 dan 2, yang terkenal luas di seluruh Indonesia.
Pada tahun 1907, Lasminingrat mendirikan Sekolaha Keutamaan Istri.
Lingkungan terbuka dan area belajar mempromosikan pemberdayaan perempuan, membaca, dan menulis.
Sekolah ini berkembang menjadi 200 siswa dan 5 kelas, dan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911.
Seiring berjalannya waktu, sekolah ini terus berkembang dan pada tahun 1934 diperluas ke kota-kota lain seperti Wetan Garut, Cikajang, dan Bayongbong.