Google Doodle Hari Ini, Sosok Lasminingrat Pelopor Sastra Asal Garut, Berikut Sederet Karyanya

29 Maret 2023, 08:52 WIB
Google Doodle hari ini merayakan ulang tahun ke-169 penulis dan cendekiawan Sunda Lasminingrat.. /Google Doodle/

POTENSI BISNIS - Google Doodle hari ini merayakan ulang tahun ke-169 penulis dan cendekiawan Sunda Lasminingrat.

Lasminingrat adalah sosok yang membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia di masa depan.

Raden Ayu Lasminingrat lahir pada 29 Maret 1854 di Garut, Indonesia dari pasangan Raden Ayu Ria dan Raden Haji Muhamad Musa, seorang pelopor sastra cetak dan cendekiawan Sunda.

Sebagaimana dikutip PotensiBisnis.com dari laman Google Doodle. Simak selengkapnya.

Untuk melanjutkan pendidikannya di Sumedang, ia harus dipisahkan dari keluarganya dan diasuh oleh teman ayahnya, Levyson Norman.

Dia membantu mengajarinya bahasa Belanda dan berkontribusi pada Lasminingrat menjadi wanita Indonesia pertama yang fasih menulis dan membaca bahasa Belanda pada masanya.

Setelah mahir menulis dan berbahasa Belanda, Lasminigrat bercita-cita memajukan kesetaraan bagi seluruh perempuan Indonesia.

Baca Juga: IKATAN CINTA: Merasa Terancam, Zara Beraksi Lakukan Hal Nekat, Elsa Justru Bertindak Lebih Cerdas

Lasminingrat menggunakan kemampuan literasinya untuk mengadaptasi dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda.

Di bawah bimbingan ayahnya ia mulai mendidik anak-anak Indonesia pada tahun 1879.

Ia membacakan buku-buku adaptasi dengan keras, dan mengajar pendidikan moral dasar dan psikologi.

Karyanya menyekolahkan anak-anak pribumi Indonesia dan mengenalkan mereka pada budaya internasional.

Ia terus menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Sunda, termasuk Warnasari jilid 1 dan 2, yang terkenal luas di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1907, Lasminingrat mendirikan Sekolaha Keutamaan Istri.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 29 Maret 2023: Bukan Zara, Sosok Ini Dalangnya Ingin Hancurkan Perusahaan Aldebaran

Lingkungan terbuka dan area belajar mempromosikan pemberdayaan perempuan, membaca, dan menulis.

Sekolah ini berkembang menjadi 200 siswa dan 5 kelas, dan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911.

Seiring berjalannya waktu, sekolah ini terus berkembang dan pada tahun 1934 diperluas ke kota-kota lain seperti Wetan Garut, Cikajang, dan Bayongbong.

Terima kasih Lasminingrat yang telah mendedikasikan hidupnya untuk pemberdayaan perempuan Indonesia dan menjadi pelopor pendidikan perempuan.***

Editor: Mutia Tresna Syabania

Tags

Terkini

Terpopuler