KSP Sebut Vaksin Asal Tiongkok Pernah Ditolak Brasil, Rocky Gerung 'Ngegas': Kayak Omnibus Law

- 23 Oktober 2020, 20:06 WIB
ILUSTRASI: Vaksin Corona Virus Desease atau Covid-19/
ILUSTRASI: Vaksin Corona Virus Desease atau Covid-19/ /pixabay/geralt


POTENSIBISNIS - Pemerintah Indonesia saat ini tengah menunggu impro vaksin dari Tiongkok.

Rencananya bulan depan, vaksin yang ditunggu tiba dan akan segera diuji kembali oleh pemerintah.

Selain pesan dari produsen asal Tiongkok, Sinovac, pemerintah juga memesan Sinopharm, dan Cansino.

Baca Juga: Drama Romantis Film Di Bawah Umur Nantikan Kisah Angga Aldi Yunanda Bersama Yoriko Angeline

Ketiga vaksin tersebut disebut-sebut sudah lolos uji klinis fase ketiga.

Hal tersebut menjadi pembahasan acara Dua Sisi tvOne 'Simsalabim Vaksin COVID-19' pada Kamis malam, 22 Oktober 2020.

Hadir Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Dany Amrul Ichdan.

Baca Juga: Arya Sinulingga: Seperti Vaksin Polio dan Cacar, Penjelasan Vaksin Covid-19 Hanya untuk Mencegah

Sementara sisi lainnya adalah pengamat sosial politik, Rocky Gerung dan anggota DPR Fraksi Gerindra, Fadli Zon.

Dany Amrul Ichdan menjelaskan sudah ada 1.620 relawan di Indonesia yang sudah disuntikkan vaksin Sinovac.

Meski sebelumnya sudah menyatakan vaksin tersebut lolos uji klinis fase ketiga, namun
Dany menjelaskan, jika sudah selesai nanti akan ada riset eksposur untuk melihat secara detail.

"Inilah mitigasi-mitigasi para research dari Unpad yang punya standar riset, Bio Farma yang sudah menjadi perusahaan kelas dunia, perusahaan dari 1890 loh itu Bio Farma sudah memproduksi vaksin," kata Dany.

Tak hanya itu, Dany pun meminta masyarakat tak mempersepsikan vaksin buatan China yang tak diterima Brasil.

Menurutnya, hal itu karena sikap politik Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang menunda untuk membeli.

"Itu kan faktor politis karena ada desakan dari grass root politis," ujar Dany.

Pernyataan Dany itu dipertanyakan Fadli Zon. Sebab, menurutnya, vaksin buatan China masih meragukan.

Hal ini seperti sikap Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berbeda dengan pemerintah soal vaksin.

"Nomor satu itu modalnya pemerintah kepercayaan rakyat. Kalau rakyat sudah tak bicara lagi nanti bagaimana," tutur Fadli.

Tak lama giliran Rocky yang dapat kesempatan menyampaikan pandangannya dalam sesi tersebut.

Ia menyindir pembelian vaksin ini memang emergency dibikin cepat-cepat seperti pembuatan Omnibus Law UU Cipta Kerja.

"Sama kayak Omnibus Law itu dipercepat, buru-buru, yang terlambat itu mikirnya," ujar Rocky.

Rocky heran dengan ucapan Dany soal adanya riset eksposur yang masuk tahapan fase ketiga.

Seharusnya, jika siap disuntikan ke jutaan orang, maka tak perlu lagi ada riset eskposur.

Rocky menilai, jika vaksin dari Tiongkok sudah riset, untuk apa dilakukan diriset eksposurnya.

"Kalau sudah selesai buat apa diriset eksposurnya. Itu artinya kita mau tunggu gagalnya vaksin itu. Karena itu logisnya kan," kata Rocky.

Dani menepis argumen Rocky. Kata dia, riset eksposur memang tahapan yang jadi kewajiban ilmuwan.

Rocky pun langsung menimpali omongan Dany. Ia bersikeras mestinya riset eksposur sudah tak diperlukan.

"Ngerti saya, tetapi itu bagian tahap ketiga. Kalau sudah dikasih vaksin itu sudah enggak ada eksposur lagi. Tinggal menunggu siapa yang mati dan siapa yang enggak," tutur Rocky.

Rocky mengatakan, jika demikian, vaksin itu belum selesai. Ia menyindir bulan November 2020 nanti jutaan orang Indonesia akan jadi sampel terlebih dulu.***

Merespons Rocky, Dany meminta memahami riset metodologi yang punya tahapan satu sampai tiga, lalu ada monitoring.

"Evaluasi terhadap apa, terhadap relawan itu yang sudah 1.620, ada yang flu enggak, ada yang demam enggak," timpal Dany.***

Editor: Awang Dody Kardeli


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah