Singgung Agenda Kekuasaan, Abdul Mu'ti: Coba Kita Lacak dari Sejak Pertama FPI Muncul

28 Desember 2020, 08:15 WIB
Ilustrasi. Politik kepentingan. /Pixabay/qimono /

 

POTENSIBISNIS – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan, untuk lebih tahu sejarah Fronf Pembela Islam (FPI) hingga akhirnya, kondisi seperti saat ini.

Abdul Mu'ti melihat FPI digunakan kelompok tertentu untuk bargaining.

Sehingga, yang dia khawatirkan adalah FPI digunakan sebagai alat. Lantaran dia melihat, Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab tidak mendapatkan apa-apa dari semua yang dilakukannya.

Baca Juga: 3 Akun Ini Jadi 'Senjata Makan Tuan' Tersangka Mesum di Wisma Atlet, Pemiliknya Orang Dalam

Dikutip dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Minggu, 27 Desember 2020, Abdul Mu'ti mengatakan, jika orang melakukan proses politik pasti akan mendapatkan gain dan thing.

Namun bisa dilihat siapa yang diuntungkan dari semua kegiatan yang dilakukan Habib Rizieq.

"Saya justru khawatir organisasi seperti FPI ini tokoh-tokohnya hanya menjadi wayang dari sebuah kepentingan besar yang dia punya agenda-agenda kekuasaan dengan menggunakan Habib sebagai pionirnya," ujarnya.

Baca Juga: Mengejutkan! Kerap Lontarkan Kritik untuk Presiden Jokowi, Amien Rais Beberkan Alasannya

Abdul Mu'ti mengatakan, mungkin saja ada kelompok yang sengaja merekayasa sesuatu dalam konteks yang lain.

Seperti kelompok yang memiliki agenda besar dan tidak dikenal karena anomali, yang menggunakan FPI sebagai perangkat atau instrumennya.

"Coba kita lacak dari sejak pertama FPI ini muncul," katanya seperti dikutip dari berita prbandungraya.pikiran-rakyat.com berjudul "Yakin FPI Tak Punya Agenda, Abdul Mu'ti Khawatir Habib Riziek Hanya Jadi Wayang Kepentingan Besar

Kemudian, ketika juru bicara FPI Munarman datang ke podcast YouTube-nya, mantan anggota DPR Akbar Faizal menjelaskan bahwa FPI dibentuk dengan agenda utama melakukan apa yang disebut Islamisme Conservation pada tahun 1998.

Karenanya, Akbar Faizal mengaku kaget saat Abdul Mu'ti mengatakan FPI tidak punya agenda.

"Coba kita lihat ketika muncul pertama, ini kan awalnya kalau saya baca di beberapa riset, ini kelompok yang diciptakan oleh rezim pada waktu itu untuk melawan gerakan reformasi dan kelompok-kelompok mahasiswa yang bergerak untuk itu," tutur Abdul Mu’ti.

Ia menambahkan, nama yang digunakan awalnya bukan FPI, namun kemudian berubah menjadi nama FPI.

Selain itu, metode yang digunakan FPI untuk bergerak dari waktu ke waktu selama berkiprah telah berubah.

Ketika pertama kali muncul FPI, sebutnya tidak terlibat aktif dalam politik, melainkan berada di wilayah yang dikenal dengan amar ma’ruf nahi munkar.

"Coba perhatikan awal-awal dia bergerak tidak di ranah politik, tapi di ranah yang disebut dengan amar ma'ruf nahi munkar, sweeping-sweeping tempat hiburan dan berbagai macam tempat yang disebut tempat maksiat," Abdul Mu'ti.

Dia mengaku di masa lalu ia dan Habib Rizieq sempat berinteraksi beberapa waktu.

Abdul Mu'ti menilai Habib Rizieq sebagai pribadi yang lembut dan enak untuk diajak berbicara.

Habib Rizieq adalah orang yang cinta damai atau peaceful. Ia juga menduga FPI dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan besar dan mulai mengubah gerakannya.

"Secara personal interaksi ya orangnya itu peaceful, tetapi memang mungkin karena beliau ini tulus, mungkin ya saya menduga digunakan oleh big power yang kita tidak tahu, yang kemudian orientasi gerakannya mulai berubah," ujarnya.

Ia menegaskan, ketika FPI pertama kali berdiri, mereka tidak berbicara tentang politik, namun baru belakangan baru membicarakannya.***prbandungraya.pikiran-rakyat.com/Ninda Fajriati

Editor: Awang Dody Kardeli

Sumber: Pikiran Rakyat Bandung Raya

Tags

Terkini

Terpopuler