Menurut Syed, keadaan pikiran rileks yang dicapai melalui Tarawih mungkin sebagian disebabkan oleh respons kimiawi otak, terhadap kombinasi aktivitas otot yang berulang-ulang dengan pengulangan kata-kata yang diucapkan selama jangka waktu tertentu.
Latihan fisik, tetapi juga aktivitas lain seperti meditasi dan doa, menyebabkan pelepasan neurotransmiter seperti endorfin dan ensefalin yang berdampak positif pada otak.
Pelepasan ensefalin dan beta-endorfin (morfin endogen) bekerja pada sistem saraf pusat dan tepi, untuk mengurangi rasa sakit dan memberikan efek menenangkan pada pikiran.
Ensefalin adalah salah satu zat mirip opiat paling ampuh yang terdapat secara alami di dalam tubuh.
Endorfin juga memiliki efek analgesik, tetapi juga mengurangi efek negatif stres, menimbulkan perasaan euforia dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Menurut Syed, shalat arawih membantu mencapai respons relaksasi otak.
"Respons relaksasi adalah teori yang dikembangkan oleh profesor Harvard, dr Herbert Benson, yang mempelajari dampak spiritualitas terhadap kesehatan fisik," ujarnya.***