POTENSI BISNIS - Setiap pekerja rasa-rata bisa menghabiskan waktu sekitar 8-9 jam per hari.
Namun, belum termasuk waktu lembur dan jarak tempuh dari rumah ke tempat kerja.
Kelelahan di tempat kerja merupakan masalah yang cukup signifikan, sehingga WHO mencantumkannya sebagai fenomena pekerjaan pada tahun 2019.
WHO pun menggambarkan kelelahan di tempat kerja sebagai 'sindrom yang dikonseptualisasikan sebagai akibat dari stress pekerja, yang kronis belum berhasil dikelola'.
Baca Juga: 5 Bahaya Minum Kopi Saat Perut Kosong, Sebabkan Kembung hingga Inflamasi
Bahkan, menurut WHO ada tiga dimensi burnout terkait pekerjaan, yakni merasa lelah, memiliki perasaan negatif terhadap pekerjaan, pengurangan efisiensi seseorang melakukan tugas.
Kelelahan di tempat kerja dapat menyebabkan kelelahan mental dan fisik.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Barat Timisoara di Rumania menyatakan, Micro Break selama 10 menit dapat bantu atas kelelahan yang dirasakan para pekerja.
Seperti dilansir dari laman Medical News Today, mikro break adalah istirahat singkat di tengah-tengah pekerjaan.
Meskipun dilakukan hanya beberapa menit, namun ini dapat membuat pikiran lebih segar dan meningkatkan konsentrasi.
Menurut sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan di PLOS ONE, kelelahan di tempat kerja adalah prediktor banyak masalah kesehatan fisik, termasuk penyakit jantung koroner, masalah pencernaan, dan diabetes tipe 2.
Selain kelelahan di tempat kerja yang menyebabkan masalah kesehatan fisik, hal itu juga berpengaruh pada kesehatan mental seseorang.
Baca Juga: SINETRON Ikatan Cinta 4 Oktober 2022: Andin dan Aldebaran Dapat Kabar Bahagia
Studi yang sama mengatakan orang yang merasa kelelahan sering mengalami masalah kesehatan mental seperti insomnia, depresi, dan rawat inap karena gangguan mental.
Para peneliti melakukan eksperimen mikro break dengan melibatkan siswa dan tugas yang harus mereka jalankan.
Peserta dibagi menjadi dua, kelompok pertama disimulasikan harus menyelesaikan tugas-tugas sebelum beristirahat.
Sedangkan kelompok lainnya diizinkan untuk beristirahat secara singkat selama mengerjakan tugas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pekerja dengan waktu istirahat memiliki peningkatan pekerjaan yang lebih signifikan.
Menurut peneliti, setiap profesi dan jumlah pekerjaan membutuhkan waktu istirahat yang berbeda-beda.***