Peneliti AS Sebut Tanaman Ini Bisa Menghambat Infeksi Virus Corona? Ini Penjelasannya

- 25 Maret 2021, 16:45 WIB
Ilustrasi tanaman ganja yang dijadikan bahan makanan di restoran Thailand.*
Ilustrasi tanaman ganja yang dijadikan bahan makanan di restoran Thailand.* /GAD-BM/Pixabay

 

POTENSI BISNIS – Virus Corona sudah lebih dari satu tahun menghantui masyarakat dunia. Banyak korban jiwa disebabkan virus Covid-19 ini.

Berbagai cara pun dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 tersebut. Di antaranya dengan melaksanakan protokol kesehatan dan penyuntikan vaksin massal.

Namun baru-baru ini, sekelompok peneliti di Amerika Serikat, menunjukkan hasil riset yang mengejutkan.

Baca Juga: Mantap! 16 Juta Vaksin Covid-19 Sinovac Tahap Ke-7 Tiba di Indonesia

Riset itu mebuktikan senyawa dari tanaman ganja ternyata mampu menghambat infeksi virus corona (SARS-CoV-2) terhadap sel paru-paru manusia. Senyawa SARS-CoV-2 merupakan akar dari virus Covid-19.

Dikutip PotensiBisnis.com dari News Medical, Kamis, 25 Maret 2021, peneliti biokimia dari University of Chicago di Illinois, Marsha Rosner bersama rekan-rekannya menemukan senyawa ganja, Cannabidiol (CBD) dan metabolitnya, 7-OH-CBD, mampu memblokir replikasi atau proses memperbanyak diri SARS-CoV-2 di sel epitel paru-paru.

Senyawa ganja bisa menghambat ekspresi gen virus Corona dan membalikkan banyak efek virus tersebut pada transkripsi gen inang.

Baca Juga: Sekda Kabupaten Bandung Barat dan 9 Orang Lainnya Diperiksa KPK, Terkait Kasus Dugaan Korupsi

“Studi ini menyoroti CBD, dan metabolit aktifnya, 7-OH-CBD, sebagai agen pencegahan potensial dan pengobatan terapeutik untuk SARS-CoV-2 pada tahap awal infeksi,” kata Rosner dan tim.

Saat ini laporan hasil studi tersebut sedang menjalani peer-review atau peninjauan sejawat untuk membuktikan keaslian hasil riset. Versi pre-print dari makalah penelitian ini tersedia di website bioRxiv.

Rosner mengatakan beberapa penelitian telah melaporkan cannabinoid tertentu memiliki efek anti virus terhadap virus hepatitis C dan virus lain. 

Baca Juga: Lirik Demons - Imagine Dragons, This is My Kingdom Come Lagu Viral di Tiktok

Selain itu, obat oral CBD juga telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) untuk pengobatan epilepsi.

Rosner dan rekan-rekannya mengungkapkan, diperlukan pendekatan alternatif, terutama untuk populasi dengan akses terbatas ke vaksin.

Dalam riset mengenai efek senyawa CBD pada replikasi virus corona ini, para peneliti melakukan penanganan dini pada sel A549 sebagai sel karsinoma paru-paru manusia yang mengekspresikan ACE-2 (A549-ACE2) dengan memberikannya 0-10μM CBD selama 2 jam. 

Baca Juga: Jelang Olimpiade Tokyo 2021, Korea Utara Memicu Ketegangan dengan Peluncuran Rudal

Setelahnya, mereka menginfeksi sel tersebut dengan SARS-CoV-2. Analisis sel selama 48 jam kemudian menunjukkan CBD secara potensial menghambat replikasi virus di dalam sel.

Tim peneliti menyelidiki juga senyawa CBD lain yang bukan berasal dari tanaman ganja. Apakah senyawa CBD itu efektif juga menghambat infeksi SARS-CoV-2. 

Namun, hingga kini, satu-satunya senyawa cannabidiol yang secara kuat menghambat replikasi virus hannyalah CBD dari ekstrak ganja. 

Baca Juga: Dianggap Mistis, Ini Alasan Lantai 4 dan 5 Hotel Niagara Malang Ditutup

Adapun senyawa CBD lain, setelah diuji, ternyata hanya memiliki efek anti virus yang sangat terbatas atau bahkan tidak memiliki efek anti virus.

Lebih lanjut, metabolit 7-OH-CBD, bahan aktif dalam pengobatan epilepsi dengan menggunakan CBD, juga secara efektif menghambat replikasi SARS-CoV-2 dalam sel A549-ACE2.

Ketika para peneliti menyelidiki apakah CBD dapat mencegah pembelahan proteolitik oleh Mpro atau PLpro, mereka menemukan CBD tidak berpengaruh pada aktivitas protease.

Hal ini membuat tim berhipotesis bahwa CBD menargetkan proses sel inang.

Hasil pengobatan dengan CBD selama 24 jam pada sekuens RNA dari sel A549-ACE2 yang terinfeksi SARS-CoV-2 juga menunjukkan penekanan yang signifikan dari perubahan ekspresi gen yang diinduksi virus tersebut.

Jadi,  para peneliti meyakini, CBD secara efektif menghilangkan ekspresi RNA virus, termasuk RNA yang mengkode lingkaran paku protein .

Selain itu, CBD secara efektif membalikkan induksi virus dari sitokin yang dapat memicu respons hiperinflamasi yang mematikan efek yang disebut sebagai badai sitokin selama tahap infeksi selanjutnya.

Secara garis besar hasil riset ini menunjukkan jumlah kejadian infeksi SARS-CoV-2  pada pasien yang mengonsumsi CBD ditemukan lebih rendah daripada mereka yang tidak mengonsumsinya.

Rincinya, kejadian SARS-CoV-2 hanya ditemukan sebanyak 1,2 persen di antara pasien yang diresepkan CBD, dibandingkan dengan 12,2 persen di antara pasien yang tidak memakai CBD.

“Penurunan substansial dalam risiko infeksi SARS-CoV-2 pada pasien yang menggunakan CBD yang telah dilegalkan FDA menyoroti potensi kemanjuran obat ini dalam memerangi infeksi SARS-CoV2,” kata Rosner.

Rosner menganjurkan adanya uji klinis dengan placebo yang terancang untuk mengetahui fungsi peran CBD dalam mencegah dan mengobati infeksi dini SARS-CoV-2.***

Editor: Babah Pram

Sumber: News Medical


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x