Resesi jadi Kenormalan Baru, Ekonomi Indonesia Terkontraksi 5,32 Persen

- 5 Agustus 2020, 23:28 WIB
Ilustrasi: uang koin dan kertas/
Ilustrasi: uang koin dan kertas/ /pixabay/stevepb

POTENSI BISNIS - Pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus 5,32 persen.

Direktur Riset CORE (Center of Reform on Economics) Piter Abdullah menilai, bahwa dengan pertumbuhan yang minus itu, resesi menjadi sebuah kennormalan baru.

"Pertumbuhan ekonomi dipastikan negatif, resesi kemudian menjadi sebuah kenormalan baru. Semua negara diyakini tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi," kata Piter, dilansir Potensi-Bisnis.com dari WartaEkonomi pada Rabu 5 Agustus 2020.

Baca Juga: Tingkatkan Usaha Tani, Kementan Dorong Petani Akses KUR Sebesar Rp50 Triliun

Setelah itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah sempat merosot ke level terbawah.

Namun, rupiah akhirnya kembali bangkit menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia. Sampai dengan pukul 14.17 WIB, rupiah menguat 0,55 persen ke level Rp14.560 per-dolar AS.

Rupiah juga mempertahankan keunggulan terhadap dolar Australia 0,22 persen, euri 0,39 persen, dan poundsterling 0,34 persen.

Sedangkan, di tingkat regional rupiah menempati posisi ketiga teratas setelah ringgit -0,81 persen, dan dolar Taiwan -0,02 persen.

Beruntungnya, rupiah masih tampil lebih baik daripada dolar Hong Kong 0,53 persen, yen 0,44 persen, dolar Singapura 0,27 persen, baht 0,19 persen, yuan 0,14 persen dan won 0,08 persen.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x