Mengenang 16 Tahun Munir: Berikut Kata- Kata Perjuangan Tokoh Aktivis yang Inspiratif

7 September 2020, 14:20 WIB
Gambar seketsa wajah Munir Said Thalib.* /Twitter/@bonurchmmsyh

POTENSI BISNIS - Munir Said Thalib yang merupakan seorang aktivis pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), tewas pada 7 September 2004 pada saat berusia 38 tahun.

16 tahun sudah aktivis HAM, Munir Said Thalib meninggal dunia. Ia meninggal dunia di Jakarta di dalam sebuah penerbangan pesawat menuju Amsterdam, Jerman.

Pria kelahiran Malang, Jawa Timur 8 Desember 1965 itu merupakan seorang aktivis HAM Indonesia keturunan Arab-Indonesia.

Baca Juga: Peristiwa 7 September : Mengenang 16 Tahun Munir Tewas Diracun Arsenik dalam Sebuah Penerbangan

Dari hasil otopsi diketahui, ada racun arsenik di tubuhnya. Itulah yang membuat nyawa Munir melayang.

Kematian Munir membuat geger Indonesia. Para aktivis, pejuang HAM, dan warga lainnya turun ke jalan, mereka menuntut pengusutan tuntas kasus ini.

Namun hingga kini, aktor intelektual yang berada di balik kematian Munir tak juga terungkap.

Karena itulah, setiap tahun peringatan kematian Munir, masyarakat selalu menyuarakan kalimat "merawat ingatan, menolak lupa".

Berikut ini kata bijak Munir yang menjadi motivasi dan semangat para pejuang HAM serta aktivitas mahasiswa:

"Marsinah adalah sebuah cermin perlawanan buruh dalam bibit tumbuhnya gerakan buruh".

"Aku harus tenang walaupun takut. Untuk membuat semua orang tidak takut. Normal, sebagai orang, ya pasti ada takut, nggak ada orang yang anggak takut, Cuma yang coba aku temukan merasionalisasi rasa takut".

"Pendidikan politik rakyat hanya akan berhasil dalam sistem yang demokratis dan adanya jaminan atas HAM".

"Biarkanlah rakyat yang menentukan arah bangsa ini akan dibangun, dan bagaimana rakyat akan menjaga masa depannya, sebab rakyat pemilik sah konstitusi".

"Membangun sebuah bangsa adalah membangun sebuah peradaban".

"Secara umum gerakan buruh terbagi menjadi dua: a. gerakan buruh praktis dan b gerakan buruh politis".

"Aparat keamanan harus bertindak efektif, proporsional dan profesional bukan tidak bertindak dengan alasan takut dituduh melanggar HAM".

"Tidak seharusnya terdapat klaim yang dapat diterima ketika mempertahankan integrasi negara dengan cara mengingkari penghormatan HAM".

"Sistem Kamnas adalah sebuah sistem melingkupi kebijakan dan tentang bagaimana negara membangun kerangka melindungi kepentingan nasional".

Selain itu, kata bijak dari para tokoh pejuangan dan Aktivis terdahulu yang biasa didengungkan saat aksi demontrasi kata-kata Soe Hok Gie dan Wiji Thukul.

"Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya", Soe Hok Gie.

"Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi, aku memilih untuk jadi manusia merdeka", Soe Hok Gie.

"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan", Soe Hok Gie.

"Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah", Soe Hok Gie.

"Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau", Soe Hok Gie.

"Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan", Soe Hok Gie.
"Barang Siapa mengibarkan bendera "Revolusioner", akan memperoleh pasaran di kalangan kaum radikal, kaum yang menunggu dengan tidak sabar perubahan-perubahan yang mereka harapkan. Kaum "Radikal" ini berasal dari segala golongan", Soe Hok Gie.

"Bila rakyat tidak berani mengeluh itu artinya sudah gawat, dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam", Wiji Thukul.

"Apa guna punya ilmu tinggi kalau hanya untuk mengibuli, apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu", Wiji Thukul.

"Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversif dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: lawan!!", Wiji Thukul.

"Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, disana bersemayam kemerdekaan, apabila engkau memaksa diam, aku siapkan untukmu pemberontakan!", Wiji Thukul.

"Jika kau menghamba kepada ketakutan kita memperpanjang barisan perbudakan.", Wiji Thukul.

"Aku berpikir tentang gerakan tapi mana mungkin kalau diam?, dan Aku bukan artis pembuat berita tapi memang aku selalu kabar buruk buat para penguasa", Wiji Thukul.***

Editor: Pipin L Hakim

Tags

Terkini

Terpopuler