Siapa Pemimpin Serangan Umum 1 Maret 1949? Berikut Sejarah Pertempuran yang Terjadi di Kota Yogyakarta

28 Februari 2021, 22:34 WIB
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 dibuat untuk mengenang jasa para TNI dan rakyat yang berjuang untuk melawan Belanda yang menyatakan TNI sudah tidak ada dan Indonesia lemah.* /Kemendikbud


POTENSI BISNIS - Sejarah serangan umum 1 Maret 1949 merupakan serangan yang dilaksanakan terhadap Kota Yogyakarta.

Serangan umum 1 Maret 1949 itu dilakukan secara besar-besaran yang direncanakan, dan dipersiapkan jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III

Dalam peristiwa serangan umum 1 Maret itu, turut menginstruksikan sejumlah pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi Panglima Divisi III.

Baca Juga: Daftar Hari Besar Nasional Maret 2021: Peristiwa Serangan Umum hingga Bandung Lautan Api

Hal itu, untuk membuktikan kepada dunia Internasional bahwa TNI masih ada dan cukup kuat.

Dengan demikian, dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB.

Tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia jika TNI masih mempunyai kekuatan untuk perlawanan.

Baca Juga: RAMALAN ZODIAK Senin, 1 Maret 2021: Leo, Pisces, Scorpio Suasana Romantis Belum Pernah Dirasakan akan Berkesan

Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta.

Semula pada 19 Desember 1948 silam, Belanda mengkhianati perjanjian damai Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda II.

Dalam Agresi Militer Belanda II itu, mereka berhasil menaklukan ibukota Yogyakarta dan menangkap sejumlah pemimpin pemerintahan RI.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Senin, 1 Maret 2021: saat Michelle-Angga Kencan, Al dan Andin Ribut, Elsa Dibebaskan

Dengan demikian bangsa Indonesia merepon Agresi Militer Belanda II dengan melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949.

Seperti diuraikan website remsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu) Serangan Umum 1 Maret itu merupakan bentuk pembalasan bangsa terhadap terhadap tindakn sewenang-wenangan Belanda di Yogyakarta.

Kala itu, kondisi ibukota Yogyakarta sangat kacau, banyak korban jiwa dari kalangan militer dan sipil Indonesia karena Agresi Militer Belanda II.

Baca Juga: Link Streaming Inter Milan vs Genoa, Jangan Ketinggalan Laga Berlangsung Sebentar Lagi, Cek Segera!

Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai raja Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat geram terhadap peristiwa Agresi Militer Belanda II.

Sehingga pada awal tahun 1949, ia menghubungi Jenderal Sudirman tentang perlunya pengadaan operasi militer untuk melawan pasukan Belanda di Yogyakarta.

Jenderal Sudirman pun menyetujui usulan Hamengkubuwono IX untuk melakukan operasi militer.

Sehingga Jenderal Sudirman menginstruksikan kepada Hamengkubuwono IX untuk berkoordinasi dengan perwira militer yang ada di Yogyakarta.

Baca Juga: BIG MATCH Chelsea vs Man United Live Streaming Liga Inggris di Mola TV dan NET TV: Berikut Prediksi Pemain

Setelah menerima instruksi itu, Hamengkubuwono IX segera melakukan koordinasi dengan Letkol Soeharto untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda pada 1 Maret 1949.

Pasukan gabungan tentara dan laskar Indonesia melakukan serangan umum dari seluruh penjuru kota Yogyakarta.

Dalam peristiwa itu, Letkol Soeharto bertugas sebagai komanda tetinggi pasukan gabungan tersebut.

Letkol Soeharto memimpin penyerangan dari Barat menuju ke Malioboro. Sementara itu, Letkol Ventje Sumual memimpin serangan dari arah timur, Mayor Sardjono dari arah Selatan, dan Mayor Kusno dari arah Utara.

Serangan ini sukses melumpuhkan tentara Belanda dan pasukan Indonesia berhasil menduduki kota Yogyakarta selama kurang lebih 6 jam (06.00-12.00 WIB).

Namun, ketika pasukan bantuan Belanda datang ke Yogyakarta, pasukan Indonesia terpaksa mundur untuk menghindari korban jiwa dan menyusun kembali strategi perjuangan selanjutnya.

Serangan Umum 1 Maret 1949 mampu membuka pandangan dunia internasional bahwa eksistensi Indonesia masih kuat.

Selain itu, Indonesia juga diuntungkan dengan kecaman dunia internasional terhadap peristiwa Agresi Militer Belanda II.

Pada perkembangannya, Belanda mendapat tekanan dari Amerika Serikat dan PBB untuk mulai memberi pengakuan kedaulatan dan penyerahan kekuasaan pada Indonesia dalam perjanjian damai Roem Royen dan Konferensi Meja Bundar.***

Editor: Pipin L Hakim

Sumber: Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler