Google Earth Tangkap Sinyal SOS Minta Tolong di Pulau Laki Tak Jauh dari Jatuhnya Sriwijaya Air SJ18

20 Januari 2021, 11:18 WIB
Tangkapan layar Google Earth - Google Earth Tangkap Sinyal SOS Minta Tolong di Pulau Laki Tak Jauh dari Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182 /Google Earth


POTENSIBISNIS.COM - Sejumlah video viral di TikTok menggerkan jagat media sosial alias medsos. Kehebohan pertama saat ada video di akun Tiktok @akusyapaaa.

Dari tayangan video tersebut, si pengunggah awalnya mencari informasi dari video Tiktok yang masuk dalam for your page (FYP).

Namun, dari sana tampak ada kejanggalan di Google Maps, tepatnya di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182, yaitu di lautuan tak jauh dari Pulau Laki.

Baca Juga: Benturan Keras saat Cari Sriwijaya Air, Kapal KN Wisnu Tempat Penyelam Istirahat Dihantam Ombak

Tak lama dari sana, pemilik akun tersebut membuka Google Earth, lalu mengetik Pulau Laki di kolom pencarian.

Setelah itu, tak lama Google memperlihatkan lokasi Pulau Laki. Tak lama kemudian muncul tulisan 'tolongin kita' dengan simbol warna hijau.

Melihat hal itu, pemilik akun pun terkejut dan bertanya-tanya apakah tulisan tersebut benar adanya.

"Beneran ada tulisannya," katanya.

KLIK DI SINI UNTUK NONTON VIDEO @akusyapaaa 

Baca Juga: Istri Mantan Pacar Melahirkan, 'Ya Allah' Tak Disangka Bidan Ini Lakukan Hal Mengejutkan

Baca Juga: Tak Sengaja Patroli Melintas Jembatan, Polisi Temukan Tumpukan 'Uang' Rp40,5 Miliar

Baca Juga: Megawati ke Wong Cilik Jorok Rusak Lingkungan, Gus Umar: Kelakuan Kader Anda Joroknya Luar Biadab

Baca Juga: Mantan Ketua MPR Tiba-tiba Berduka ke Denny Cagur: Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un

Sementara itu, laporan awal (preliminary report) hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182, akan dirilis Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bulan depan atau 30 hari setelah kecelakaan.

Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, 19 Januari 2021, mengatakan laporan akan dipublikasikan kepada masyarakat luas.

“Kami berharap 30 hari setelah kecelakaan, kami dapat memberikan laporan awal dan apabila nanti dipublikasikan, kami akan menyampaikan kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Sebelumnya, pada Minggu 18 januari 2021,Nurcahyo Utomo mengatakan pihaknya melakukan investigasi bersama tim dari Amerika Serikat berjumlah 11 orang.

Di antaranya yakni empat orang dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), empat orang dari Boeing, dua orang dari Federal Aviation Administration (FAA) dan satu orang dari General Electric sebagai pembuat mesin pesawat.

“Hal ini sesuai dengan ICAO Annex 13 dimana negara pembuat desain pesawat berhak berpartisipasi dalam investigasi. Berpartisipasi dalam investigasi kali ini juga dua investigator TSIB Singapura dalam hal ini partisipasi dalam sesuai dengan kerja sama negara-negara ASEAN,” tuturnya.

Nurcahyo Utomo juga menuturkan pihaknya sudah mengunduh seluruh data kotak hitam, yakni Flight Data Recorder (FDR), sebagaimana dikutip dari Antara.

“Sesuai dengan yang disampaikan sebelumnya, kami juga sudah atau sudah mengunduh data FDR dan kami sampaikan data FDR sudah bisa kami dapatkan,”

“Sudah berhasil diunduh dengan total 370 parameter, 27 jam atau 18 penerbangan termasuk penerbangan yang mengalami kecelakaan,” ucapnya.

Kendati demikian, Nurcahyo Utomo mengungkapkan bahwa data tersebut masih akan didalami lagi dan sampai saat ini belum bisa membagi atau mempublikasikan.

“Namun demikian dari data yg diperoleh kami mendapatkan beberapa petunjuk untuk didalami lebih lanjut untuk data yang kami perlukan untuk keperluan investigasi dan kami juga kami sangat mengharapkan dapat ditemukan CVR untuk mendukung data yang kami peroleh dari FDR,” katanya.

Kotak hitam atau black box FDR ditemukan pada 12 Januari 2021 atau tiga hari setelah kecelakaan itu terjadi.

Seperti diberitakan pada Senin, 9 Januari 2021, pukul 14.40 WIB, KNKT sebelumnya juga menyatakan sistem pesawat Sriwijaya Air SJ 182 masih berfungsi dan mampu mengirim data sebelum jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

KNKT telah mengumpulkan data radar ADS-B dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia).

Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah Barat Laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki, tercatat pesawat mulai turun dan data terkahir pesawat pada ketinggian 250 kaki.

Adapun data lain yang didapat KNKT dari KRL Rigel adalah sebaran puing-puing (wreckage) memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.

Bagaimana cara kerjanya?

Dikutip dari Pikiranrakyat-Bekasi.com yang turut mengecek tanda tersebut di Google Earth maupun Google Maps dan masih ada tanda S.O.S tersebut di bagian selatan Pulau Laki.

Namun, Google ternyata sejak Minggu, 10 Januari 2021 pagi telah memberikan penanda 'Sriwijaya Air Plane Incident'di sekitar pulau Laki. Sinyalemen tersebut ditulis dengan huruf warna merah dan tanda seru.

Penanda tersebut terhubung dengan berita dan kabar terbaru yang kredibel dikumpulkan oleh Google seputar pencarian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 serta terhubung ke informasi kontak resmi seperti Sriwijaya Air dan Basarnas.

Google di tahun 2020 telah memiliki fitur baru berupa SOS Alert yang tertanam pada mesin pencari Google Search dan aplikasi peta digital buatan Google, yaitu Google Maps.

Fitur SOS Alert tersebut bekerja dengan himpunan data yang dikumpulkan oleh Google melalui informasi dari berbagai situs, media sosial, dan berbagai sumber lainnya. Lewat informasi tersebut, SOS Alert menampilkan info dari bencana yang sedang terjadi.

Di menu "bantuan" Google juga dijelaskan perihal pemberitahuan S.O.S dan cara Google memutuskan menampilkan tanda S.O.S di sekitar lokasi terjadinya bencana.

Namun hingga saat ini belum ada penjelasan tanda S.O.S yang dilaporkan warganet yang ditemukan sekitar lokasi Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jenis Boeing 737-500 jatuh pada Sabtu, 9 Januari 2021 pada posisi 11 mil laut di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, atau di sekitar perairan Kepulauan Seribu.

Berdasarkan data manifes, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang, terdiri dari 40 dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi.

Sedangkan 12 orang lainnya adalah kru pesawat, enam di antaranya adalah kru ekstra.***

 

 

Editor: Awang Dody Kardeli

Tags

Terkini

Terpopuler