Karena tidak semua orang nyaman melakukan transaksi keuangan secara digital.
“Masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan handphone. Tapi apakah dia nyaman untuk melakukan transaksi keuangan secara digital? Itu sesuatu yang perlu diedukasi,” ujar Indra menegaskan.
Indra menyampaikan bahwa untuk fully digital masyarakat di Indonesia belum siap.
Dia memproyeksikan masih perlu waktu dua hingga tiga tahun untuk betul-betul mengadopsi layanan digital.
Untuk itu, dalam proses transformasi digital BRI memilih hybrid banking dengan strategi ‘phygital’ atau physical and digital.
Baca Juga: BRI Diganjar Penghargaan Tertinggi Asia Sustainability Report Rating 2021
Hal tersebut ditempuh BRI karena perseroan berfokus pada perilaku kenyamanan nasabah dalam bertransaksi yang terus berkembang.
Indra mengatakan, jika customer masih senang dilayani dengan human touch berarti model pelayanan online to offline sangat diperlukan.
Dia mencontohkan, Agen BRILink sebagai Laku Pandai BRI merupakan simpul platform digital untuk melayani masyarakat di berbagai daerah.
Untuk meningkatkan edukasi secara digital, menurut Indra, masyarakat perlu dibiasakan dengan layanan keuangan yang terdigitalisasi seperti Agen BRILink.